KONTEKS.CO.ID - BMKG umumkan tiga megathrust paling berisiko pecah di Indonesia dalam pemaparan terbaru mereka. Sjumlah segmen megathrust di Tanah Air kini berada dalam fase akumulasi energi tektonik yang perlu diwaspadai.
Informasi ini dipaparkan langsung oleh Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, dalam Rapat Tim Pengawas Bencana DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 5 November 2025, dan kembali dirilis melalui laman resmi BMKG pada Sabtu, 15 November 2025.
Tiga Zona Megathrust yang Dianggap Paling Berisiko
Baca Juga: Rekomendasi Buku Pengembangan Diri Paling Efektif untuk Pemula
Dalam pemaparannya, Faisal menjelaskan bahwa Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng aktif dunia, sehingga memiliki 13 segmen megathrust yang menyimpan potensi gempa besar.
Menurutnya, terdapat tiga zona megathrust yang belum melepaskan energi tektonik dalam ratusan tahun dan dinilai paling berisiko untuk “pecah”.
Tiga zona tersebut yaitu Megathrust Mentawai–Siberut, Megathrust Selat Sunda–Banten, dan Megathrust Sumba.
Faisal menegaskan potensi bahaya dari ketiga zona itu tidak bisa diabaikan. Karena itu ada potensi gempa dalam skala yang sangat besar dan bisa terjadi kapan saja.
“Negara kita berada di pertemuan tiga lempeng aktif dunia dengan 13 segmen megathrust yang sebagian belum melepaskan energi tektoniknya. Ini berarti potensi gempa besar masih mungkin terjadi kapan saja,” ujar Faisal, Rabu, 5 November 2025.
Ia melanjutkan, kondisi tersebut menandakan adanya proses penumpukan energi. Namun kapan gempa itu terjadi, hingga saat ini belum ada yang bisa memprediksi.
“Diduga kuat saat ini sedang terjadi proses akumulasi energi tektonik yang dapat merilis gempa besar sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi,” kata Faisal.
Memahami Apa Itu Zona Megathrust
BMKG juga menjelaskan bahwa zona megathrust merupakan area pertemuan lempeng tektonik di zona subduksi, tempat satu lempeng menukik ke bawah lempeng lainnya.
Lokasinya umumnya berada di dasar laut, sehingga bila terjadi patahan besar, potensi tsunami juga ikut meningkat.
Sepanjang sejarah, gempa dan tsunami terbesar dunia terjadi di zona-zona megathrust. Mulai dari Megathrust Sunda di Indonesia, Palung Peru–Chile, Palung Nankai di Jepang, dan Zona Subduksi Cascadia di Amerika Utara.
Megathrust bisa kembali “pecah” dalam siklus ratusan tahun, dan saat ini beberapa segmen di Indonesia dinilai telah memasuki fase tersebut.
850 Gempa Terekam Sepanjang 2025, Peringatan Ancaman Nyata
Dalam laporan yang sama, BMKG mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2025, terdapat 850 kali gempa yang berhasil direkam dan dapat dirasakan masyarakat.
Baca Juga: Dinobatkan Jadi Raja Keraton Surakarta, Ini Tiga Sabda Pakubowono XIV
Faisal menegaskan bahwa angka ini menunjukkan bahwa ancaman gempa di Indonesia bukan sekadar kemungkinan, melainkan kenyataan yang harus dihadapi.
“Telah terjadi 850 kali gempa yang dapat kita rasakan pada tahun 2025. Data tersebut menunjukkan bahwa ancaman gempa bumi di Indonesia adalah nyata dan selalu akan terjadi,” ujarnya, Sabtu, 15 November 2025.
Artikel Terkait
Pesan Keras Menag Nasaruddin Umar: Membakar Hutan Sama Artinya Merusak Tanda Keberadaan Tuhan
Cegah Kegaduhan Penegakan Hukum, Ikadin Desak Segera Sahkan RUU KUHAP
Dukung Jurnalisme Berkualitas Antihoaks, Forum Pemred Gelar Run For Good Journalism 2025
Diantar Prabowo Sampai Lanud Halim, Raja Abdullah II Pulang ke Yordania Pakai Baret Merah Maroon
Dinobatkan Jadi Raja Keraton Surakarta, Ini Tiga Sabda Pakubowono XIV