nasional

COP30, AMAN Persoalkan Sejumlah Istilah Asing yang Kian Sengsarakan Masyarakat Adat

Jumat, 14 November 2025 | 22:08 WIB
Sekjen AMAN, Rukka dan masyarakat adat tunjukkan poster protes dari atas kapal di Sungai Amacon dalam momentum COP30 Brasil. (Dok. Istimewa/JustCOP)

Fokus utamanya adalah menyoroti monokultur yang merusak seperti kedelai dan rencana untuk proyek transportasi yang semakin merusak, seperti rencana pembangunan jalur kereta api Ferrogrão.

Dari utara, Flotilla 4 Change melakukan pelayaran hampir nol karbon melintasi Atlantik yang didedikasikan untuk para pembela Bumi. Lalu ada Laraçu Scientific River Caravan, yang merupakan kolaborasi antara 10 institusi akademik di Prancis dan Brasil.

Direktur Eksekutif Greenpeace Brasil, Carolina Pasquali, mengatakan, ribuan orang masyarakat adat yang ikut dalam armada perahu ini menunjukkan kekuatan gerakan global.

Ia menyampaikan, mereka bersatu sebagai komunitas yang terdampak krisis iklim, cuaca ekstrem, hingga perusahaan yang mengambil untung dari kerusakan planet kita.

Baca Juga: Greenpeace: Bauran Energi Indonesia 10 Tahun ke Depan Ingkari COP

“Masyarakat adat yang telah berjuang turun-temurun demi hak-hak, tanah, dan hutannya,” ujar dia.

Pasquali menegaskan, selain masyarakat adat, masyarakat sipil juga menuntut tindakan nyata dari para pemimpin dunia dan negosiator di COP.

"Ini harus menjadi COP yang penuh aksi. Aksi untuk iklim, aksi untuk hutan, aksi untuk manusia,” ujarnya.***

Halaman:

Tags

Terkini