Ia menegaskan, pendidikan seharusnya bukan hanya soal akademis, tetapi juga soal pembentukan moral dan integritas.
Dini menegaskan bahwa alasan kemarahannya saat insiden itu bukan karena siswa merokok, tapi karena sang siswa berbohong.
Baca Juga: Warga Asing Bisa Jadi Bos BUMN, Prabowo: Demi Dongkrak Kelas dan Standar Internasional
“Yang bikin saya marah itu bukan karena merokoknya, tapi bohongnya. Karena dari kebohongan bisa turun ke perilaku yang lebih buruk seperti mencuri, korupsi, dan sebagainya. Maka itu harus dididik sedari dini,” katanya dengan tegas.
Bagi Dini, kejujuran dan tanggung jawab adalah pondasi dari pendidikan karakter yang sejati.
“Lebih baik anak mengaku dan meminta maaf daripada berbohong. Karena pendidikan karakter harus dimulai dari hal sekecil itu,” ujarnya.
Kasus Tamparan yang Jadi Pelajaran
Baca Juga: Cyberheroes 2025: Cara Telkom Perkuat Literasi dan Perlindungan Digital di Kalangan Pelajar
Dini sebelumnya dinonaktifkan setelah menampar siswa yang merokok di area sekolah.
Orang tua siswa kemudian melaporkannya ke polisi, hingga kasus ini sempat menjadi perhatian publik.
Namun, akhirnya Dini, siswa, dan orang tua siswa tersebut berdamai melalui proses mediasi di SMAN 1 Cimarga pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Dalam mediasi itu, Dini dan orang tua siswa, Tri Indah Alesti, saling memaafkan dan bahkan berpelukan di hadapan pihak sekolah.
Baca Juga: Menko Airlangga Ungkap Jumlah Pengguna QRIS Sudah Salip Kartu Kredit, Ini Angkanya
Peristiwa ini menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan untuk meninjau ulang batasan disiplin di sekolah.
Harapan untuk Dunia Pendidikan
Dini berharap kasusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa mendidik generasi muda bukan hal yang bisa dilakukan dengan rasa takut.
“Kalau guru saja takut menegur, bagaimana murid mau belajar disiplin dan tanggung jawab?” katanya.