Dibongkar Roy Suryo, Keterlibatan Mantan Wamendes
Pemerhati telematika dan multimedia, Dr. KRMT Roy Suryo, kembali angkat suara terkait kasus dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kali ini, Roy menyebut ada dugaan keterlibatan seorang mantan Wakil Menteri Desa yang dikenal sebagai “Profesor P” dalam proses pembuatan ijazah tersebut.
Dalam pernyataan tertulisnya, Senin, 23 Juni 2025, Roy mengungkapkan bahwa sejak Minggu malam (22/6), dirinya menerima banyak pesan dari berbagai pihak yang menanyakan keaslian isi berita di media online CeriNews.id yang menyinggung dugaan keterlibatan mantan pejabat negara dalam skandal ijazah palsu.
Menurut Roy, informasi itu awalnya dikirim oleh Pemerhati Intelijen Sri Rahardja Chandra (SRC), yang menyampaikan dokumen dua halaman berjudul "Bukti baru Dugaan Otak dibalik Pembuatan Ijazah Palsu JkW".
Baca Juga: Hari Ini Dirut Sritex Iwan Kurniawan Diperiksa Keempat Kalinya di Kejagung, Akankah Ditahan?
Dokumen tersebut menyebutkan nama Profesor P, lengkap dengan latar belakangnya yang diduga memiliki hubungan erat dengan Universitas Pasar Pramuka (UPP), lokasi yang selama ini dikaitkan dengan kasus ijazah palsu.
“Dokumen dari SRC sangat clear menjelaskan siapa, bagaimana, dan apa keterkaitan Profesor P dengan UPP,” ungkap Roy.
Diduga Pernah Punya Usaha Percetakan di Pramuka
Roy juga mengaitkan rekam jejak Profesor P dengan latar belakang bisnis percetakan dan fotokopi di kawasan Jalan Pramuka, Jakarta Pusat.
Lokasi ini sebelumnya disebut oleh kader senior PDIP Bambang Beathor Suryadi sebagai tempat pembuatan dokumen palsu, termasuk ijazah yang diduga milik Jokowi.
Baca Juga: Yang Perlu Anda Tahu tentang Selat Hormuz, Jalur Utama Ekspor Migas
“Profil Profesor P ini pernah dimuat oleh media mainstream, dari tukang sapu hingga menjadi Wamendes,” tulis Roy, mengutip pemberitaan Kumparan dan Bisnis Indonesia.
Intimidasi via WhatsApp?
Roy juga membeberkan bahwa dirinya menerima pesan WhatsApp dari Profesor P pada 6 Mei 2025 lalu.
Pesan tersebut, menurut Roy, bernada intimidatif dan meminta dirinya menghentikan pengusutan kasus ijazah palsu serta meminta maaf kepada Presiden Jokowi.
“Saya abaikan pesan itu karena memang tidak pantas. Kalimat awal memang menyebut 'sahabat', tapi isinya intimidatif,” ujarnya.