KONTEKS.CO.ID - Setiap 21 April, Indonesia merayakan Hari Kartini. Nama Kartini harum dan dipuja-puja di Indonesia sebagai pejuang emansipasi wanita.
Lalu bagaimana nasib keturunannya? Konon keluarga keturunan Kartini hidup sengsara beda jauh dengan nama Kartini yang harum.
Tak sedikit dari mereka hidup menderita. Mulai dari tak diakui negara sendiri, sengsara di masa tua, dan menjadi korban amukan massa saat lansia.
1. Soesalit, Anak Semata Wayang Kartini
Soesalit Djojoadhiningrat, anak semata wayang Kartini ini lahir di Rembang, Jawa Tengah, pada 13 September 1904.
Soesalit adalah anak dari RA Kartini dengan suaminya, RM Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat, Bupati Rembang.
Perjalanan hidup Soesalit penuh dengan cerita pahit. Dia menjadi yatim piatu sejak kecil, hingga dituduh terlibat dalam pemberontakan dan berakhir sebagai tahanan rumah.
Soesalit hanya 'bertemu' Kartini selama 4 hari. Pada 17 September 1904, Kartini dinyatakan wafat.
Baca Juga: Pernikahan Brandon Salim dan Dhika Himawan, Lamaran Romantis di Jepang hingga Sah di Jakarta
Soesalit diasuh oleh nenek dan keluarga lain sampai tumbuh dewasa.
Pada 1943, Soesalit memilih jalan di dunia militer. Dia kemudian tergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Panglima Divisi III Diponegoro.
Selama menjadi tentara, karier Soesalit sangat cemerlang. Dia berhasil menjadi andalan dalam menghadapi musuh.
Akan tetapi, Soesalit pada 1948 dituduh pemerintah terlibat dalam Peristiwa Madiun yang identik dengan kelompok komunis.
Dalam Kartini: Sebuah Biografi (1977) diceritakan, dia kemudian dicopot sebagai panglima dan ditahan tanpa bukti peradilan jelas.