“Dulu jadi pengurus NU itu, pokoknya ‘gus’, ya gampanglah. Sekarang harus ikut pelatihan. Walaupun ‘gus’, kalau nggak ikut pelatihan, nggak bisa jadi pengurus,” katanya.
Menurut Gus Yahya, penataan ulang ini merupakan pilihan strategis organisasi agar tetap relevan dengan dunia yang terus bergerak. Rasa cemas atas hilangnya “mata uang lama” dinilainya sebagai reaksi wajar dalam proses perubahan.
“Ketika kita membangun konstruksi baru, ada yang khawatir privilege lamanya atau currency lamanya nggak laku lagi di dunia yang baru,” jelasnya.
Baca Juga: F4 Kolaborasi Gokil Bareng Jay Chou dan Ashin Mayday, Fans Meteor Garden Auto Throwback
Ia pun menarik benang merah dengan dinamika masa lalu, termasuk di era Orde Baru, ketika perebutan pengaruh tak hanya terjadi antara negara dan masyarakat sipil, tetapi juga di dalam lingkaran elite sendiri.
Lewat refleksi ini, Gus Yahya seakan mengingatkan bahwa identitas, status, dan privilege bukanlah sesuatu yang statis. Di era sekarang, adaptasi, kapasitas, dan kesiapan menghadapi perubahan justru menjadi kunci utama.***
Artikel Terkait
Gus Yahya Tegaskan Masih Ketum PBNU, Siap Tempuh Jalur Hukum jika Islah Ditolak
Gus Ipul Dicopot dari Sekjen PBNU, Gus Yahya: 80 SK Tertahan, Beliau Nggak Sempat Tengok Kantor
PBNU Siap Gelar Pleno 9-10 Desember 2025 untuk Tentukan Pj Ketum Definitif Usai Gus Yahya Dicopot
Langkah Islah NU Menguat: Gus Yahya Sambangi Tebuireng, Tegaskan Siap Taat Arahan Kiai Sepuh Demi Perdamaian
Gantikan Gus Yahya, KH Zulfa Mustofa Resmi Ditunjuk sebagai Pj Ketum PBNU hingga Muktamar 2026