• Senin, 22 Desember 2025

Yahya Cholil Staquf Bicara soal Privilege Gus yang Kian Memudar: Zaman Berubah, Leverage Tak Lagi Sama

Photo Author
- Rabu, 10 Desember 2025 | 07:00 WIB
 Gus Yahya bicara perubahan makna “gus” di tengah transformasi NU dan dinamika sosial. (Instagram @gusyahyastaquf)
Gus Yahya bicara perubahan makna “gus” di tengah transformasi NU dan dinamika sosial. (Instagram @gusyahyastaquf)

KONTEKS.CO.ID - Perubahan zaman rupanya ikut mengubah makna sejumlah identitas sosial, termasuk sebutan “gus” di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU).

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya secara terbuka mengakui bahwa status “gus” kini tak lagi punya daya tawar setinggi masa lalu.

Pernyataan itu disampaikan Gus Yahya dalam Diskusi Rutin Forum Kramat yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Selasa 9 Desember 2025.

Baca Juga: Aturan UMP 2026 Sudah Final, Tapi Belum Diumumkan Pemerintah: Publik Bertanya, Ada Apa Sebenarnya?

Dengan gaya reflektif namun lugas, ia menyebut bahwa privilege yang dulu melekat kuat pada sebutan “gus” perlahan mengalami penurunan nilai di tengah perubahan sosial.

“‘Gus’ itu dulu wah, privilege luar biasa, apalagi ‘gus’ besar seperti saya ini. Tapi sekarang ‘gus’, semuanya ‘gus’, sehingga ‘gus’ itu tidak lagi punya leverage yang setinggi dulu,” ujar Gus Yahya.

Sebagai putra dari ulama besar NU, KH Muhammad Cholil Bisri, Gus Yahya berbicara dari posisi yang sangat memahami dinamika tersebut.

Menurutnya, perubahan ini bukan sesuatu yang tiba-tiba, melainkan konsekuensi logis dari transformasi sosial yang terus berjalan.

Baca Juga: Kronologi Pejabat SKK Migas Tewas Usai Tabrak Bus TransJakarta: Pagi yang Berubah Jadi Duka

Dalam pandangannya, setiap zaman akan membentuk konstruksi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Akibatnya, nilai-nilai lama yang dulu dianggap “kuat” bisa saja melemah atau bergeser maknanya di realitas baru.

Privilege Lama Dihadapkan pada Sistem yang Lebih Ketat

Gus Yahya menilai, pergeseran ini kerap memunculkan rasa kehilangan bagi sebagian kelompok yang sebelumnya berada di posisi istimewa. Ia menyebut, privilege yang dulu bernilai tinggi kini menjadi relatif dalam tatanan baru.

“Ada yang privilege tadinya di masa lalu bernilai tinggi, tapi kemudian di dalam konstruksi baru menjadi relatif berkurang, ya seperti sekarang ini,” ucapnya.

Ia juga mencontohkan perubahan konkret di internal NU. Jika dahulu status sebagai keturunan kiai cukup membuka jalan untuk masuk ke struktur organisasi, kini mekanismenya jauh lebih ketat dan berbasis kompetensi.

Baca Juga: Kronologi Pejabat SKK Migas Tewas Usai Tabrak Bus TransJakarta: Pagi yang Berubah Jadi Duka

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X