Dalam periode 2020–2024 saja, LBH mencatat ratusan ribu hektar hutan di Sumbar rusak.
Citra satelit bahkan menunjukkan degradasi di kawasan konservasi seperti perbukitan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pembalakan liar dan tambang ilegal di Dharmasraya, Agam, Tanah Datar, hingga Pesisir Selatan makin memperburuk keadaan.
Dampak Nyata: Banjir Makin Parah
Dengan berkurangnya tutupan pohon, air hujan tak lagi terserap optimal.
Limpasan besar akhirnya menciptakan banjir dan genangan seperti yang melanda Kota Padang.
LBH meminta pemerintah pusat turun tangan. “Harus ada evaluasi total dan moratorium izin baru industri ekstraktif,” tulis mereka.
Korban Terus Bertambah
Hingga Selasa 2 Desember 2025 pagi, BNPB mencatat 604 korban jiwa akibat banjir bandang dan longsor di Sumut, Sumbar, dan Aceh dengan Sumut sebagai wilayah terdampak terparah.***
Artikel Terkait
Putin Kirim Ucapan Belasungkawa ke Prabowo Atas Banjir Sumatra: Semoga Cepat Kembali ke Kehidupan Normal
Dedi Mulyadi Soroti Misteri Kayu Gelondongan Banjir Sumatra: Pohon Tak Bisa Bunuh Diri Massal
Walhi Sebut Banjir Sumatra Akibat Industri Ekstraktif, Pemulihan Hutan Bisa Butuh 10 Tahun!
Banjir Sumatra Bukan Hanya Alam: Walhi Soroti Alih Fungsi Hutan dan Izin Pemerintah Jadi Pemicu Utama
Bupati Tapanuli Tengah Pastikan Kayu Gelondongan yang Viral Terseret Banjir Sumatra Hasil Illegal Logging
Korban Jiwa Terus Bertambah, Banjir Sumatra Diperparah Longsor dan Tata Ruang Buruk