KONTEKS.CO.ID - Aliran banjir besar yang menghantam sejumlah wilayah di Sumatra kembali memunculkan dugaan kuat soal perusakan hutan, setelah potongan kayu gelondongan tampak berserakan dan hanyut bersama arus.
Pemerintah daerah dan pusat menyampaikan penjelasan berbeda mengenai sumber kayu tersebut, namun keduanya sepakat bahwa temuan itu mengarah ke persoalan serius tata kelola hutan.
Bupati Tapanuli Tengah (Tapteng), Masinton Pasaribu, menjadi pihak pertama yang menyatakan secara tegas bahwa kayu-kayu itu merupakan hasil pembalakan liar alias illegal logging.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Soroti Misteri Kayu Gelondongan Banjir Sumatra: Pohon Tak Bisa Bunuh Diri Massal
Ia menyampaikan hal tersebut saat berbicara dengan anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka, dalam rekaman percakapan yang diunggah ke TikTok.
“Saya pastikan illegal (logging),” ujar Masinton, seperti dikutip pada Senin, 1 Desember 2025.
Masinton juga membenarkan jika pembalakan liar terhadap pepohonan di perbukitan itu dilakukan untuk dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.
"Terjadi pembabatan hutan, di daerah perbukitan juga, kayu-kayunya ditebangin kemudian lahannya diganti tanaman sawit," ungkapnya.
Tanggapan Versi Kemenhut
Sementara itu, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memberikan keterangan berbeda. Menurut Dirjen Gakkum KLHK, Dwi Januanto Nugroho, indikasi awal menunjukkan kayu-kayu tersebut berasal dari Pemegang Hak Atas Tanah (PHAT) yang berlokasi di Areal Penggunaan Lain (APL).
Kayu yang tumbuh alami di wilayah tersebut, jelasnya, tunduk pada mekanisme pengawasan SIPU – Sistem Informasi Penataan Hasil Hutan.
Baca Juga: Lebih Pulih dari Aceh dan Sumut, BNPB Ungkap Fakta Mengejutkan di Lokasi Bencana Sumbar
“Kami deteksi itu dari PHAT di APL,” kata Dwi dalam konferensi pers, Jumat, 28 November 2025.
Dugaan sementara, kayu itu merupakan bekas tebangan lama yang sudah lapuk, lalu terbawa arus saat hujan ekstrem memicu banjir. Namun Dwi menegaskan pemeriksaan masih berlangsung karena kondisi bencana belum stabil.
Artikel Terkait
Dampak Banjir-Longsor Tapanuli Tengah Cukup Parah, 73 Orang Meninggal dan 104 Hilang, Tapanuli Selatan Butuh Chainshow
Walhi Sebut Banjir Sumatra Akibat Industri Ekstraktif, Pemulihan Hutan Bisa Butuh 10 Tahun!
Banjir Sumatra Bukan Hanya Alam: Walhi Soroti Alih Fungsi Hutan dan Izin Pemerintah Jadi Pemicu Utama
Sri Lanka Umumkan Darurat Nasional Banjir Bandang, Indonesia Masih Ragu-Ragu soal Bencana Aceh-Sumatra?
Update Banjir Bandang dan Longsor di Sumut, Korban Tewas Bertambah Jadi 226