“Hasil asesmen menunjukkan kerentanan anak dipengaruhi bullying dalam status sosial, broken home, kurang perhatian keluarga, hingga pencarian identitas jati diri,” jelasnya.
Kondisi emosional ini dimanfaatkan para pelaku untuk membangun kedekatan semu sebelum menyusupkan doktrin kekerasan.
Di sisi lain, Polri memastikan upaya penindakan terus dilakukan. Dua tersangka dewasa ditangkap pada 17 November 2025.
Baca Juga: Suciwati Kembalikan Sertifikat Penghargaan Munir dari FHUB: Soroti Integritas Penerima Lain
Mereka diduga menjadi otak perekrutan sekaligus pengendali komunikasi kelompok di balik jaringan tersebut.
“Penindakan terbaru dilakukan dengan menangkap dua tersangka dewasa yang berperan sebagai perekrut dan pengendali komunikasi kelompok,” tutur Trunoyudo menegaskan.***
Artikel Terkait
Prabowo: Aksi Demonstrasi Sudah Mengarah ke Makar dan Terorisme
Perusuh Demo dan Pihak di Belakangnya Masuk Kategori Makar dan Terorisme? Ini Pandangan Andi Widjajanto
Ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara, Densus 88 Selidiki Kemungkinan Unsur Terorisme
SETARA Institute: Ledakan SMA 72 Bukan Kriminal Biasa, Bukti Terorisme Sudah Menyusup ke Sekolah
Densus 88 Ungkap Ledakan SMAN 72 Jakarta Bukan Terorisme, Pelaku Terdorong Memetic Violence Online
Densus 88 Bekuk 5 Orang Diduga Perekrut Anak-anak Masuk Jaringan Terorisme