• Senin, 22 Desember 2025

Anak Riza Chalid Kulik Peran Penting Terminal OTM Miliknya Terhadap Ketahanan Energi Nasional

Photo Author
- Selasa, 21 Oktober 2025 | 08:03 WIB
Kerry Andrianto Riza pakai hasil sewa terminal BBM Merak untuk main golf.  (X @jaksapedia)
Kerry Andrianto Riza pakai hasil sewa terminal BBM Merak untuk main golf. (X @jaksapedia)
KONTEKS.CO.ID – Anak Riza Chalid, Muhammad Kerry Adrianto Riza, kulik keberadaan terminal BBM PT Orbit Terminal Merak (PT OTM) miliknya dalam ketahanan energi nasional.
 
Kerry dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025, mengulik itu melalui Vice President Supply dan Distribusi PT Pertamina tahun 2011-2015 dan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga tahun 2021-2023, Alfian Nasution.
 
Kerry menanyakan kepada Alfian yang dihadirkan sebagai saksi di persidangan oleh jaksa penuntut umum (JPU), bagaimana dampak terhadap ketahahan energi nasional kalau terminal BBM PT OTM besok berhenti beroperasi.
 
 
Alfian mengatakan, ketahanan energi nasional akan terganggu karena kapasitas BBM di terminal PT OTP sangat besar, yakni 288.000 kiloliter.
 
Alfian yang juga tersangka korupsi minyak mentah Pertamina ini, lebih lanjut menyampaikan, selain tempat penyimpanan BBM, PT OTM juga berfungsi sebagai tempat optimasi hilir penyediaan BBM.
 
Ia menjelaskan, BBM impor masuk ke Indonesia melalui PT OTM. Menurutnya, kalau terminal ini terganggu atau setop beroperasi, pasti berbagai daerah akan terdampak.
 
 
"Ada tambahan biaya yang pasti karena harus untuk meng-cover tanking Merak, seperti harus floating yang juga susah kita lakukan,” kata Alfian.
 
Kerry yang juga beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa, lebih lanjut mengulik besaran biaya tambahan yang perlu dikeluarkan pemerintah Indonesia jika terminal BBM tersebut tutup. 
 
"Apakah saudara sudah pernah melakukan kajian dengan pihak ketiga? Berapa tambahan biaya yang timbul akibat berhentinya PT Orbit Terminal Merak?” katanya.
 
 
Alfian menyampaikan bahwa Surveyor Indonesia telah membuat kajian simulasi jika PT OTM tutup. Ia menyampaikan, salah satunya perlu penambahan kapal tangki minyak. 
 
Lantas, jika terminal BBM OTM tutup maka Indonesia membutuhkan setidaknya lima kapal minyak dengan biaya sekitar Rp150 miliar per tahun. 
 
 
Alfian menyebutkan, angka itu belum termasuk besaran kemurahan impor yang duperoleh. Namun survei tersebut tidak memperhitungkan berapa besaran kemurahan impor tersebut.
 
"Surveyor Indonesia hanya menghitung dampak dari sisi penambahan kapal kalau itu setop operasi. Itu sekitar Rp 150 miliar per tahun,” ujar Alfian.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X