• Minggu, 21 Desember 2025

Profesor Universitas Leiden Ungkap Perspektif Baru tentang Hindia Belanda Era Kolonialisme

Photo Author
- Selasa, 30 September 2025 | 15:23 WIB
Profesor Rick Honings dari Universitas Leiden menyajikan penelitian tentang Hindia Belanda era koloniasme dari orang-orang yang selama ini terpinggirkan. (Istimewa)
Profesor Rick Honings dari Universitas Leiden menyajikan penelitian tentang Hindia Belanda era koloniasme dari orang-orang yang selama ini terpinggirkan. (Istimewa)

KONTEKS.CO.ID – Siapa pun yang ingin memahami Hindia Belanda antara 1800–1945 biasanya mengandalkan literatur perjalanan yang sebagian besar ditulis orang Belanda sendiri, sehingga kerap memberi gambaran sepihak.

Atas dasar itu Profesor Rick Honings, melalui proyek VIDI (Voicing the Colony), berusaha menghadirkan suara-suara baru yang selama ini terpinggirkan.

Informasi ini seperti rilis yang dimuatnya di Universitas Leiden pada Selasa 30 September 2025.

Honings dan tim interdisipliner selama lima tahun membandingkan perspektif Belanda dengan pandangan kelompok marjinal.

Baca Juga: Gawat, Pemerintah Tetapkan Cikande Terpapar Radioaktif CS-137

Termasuk warga Indonesia yang terlibat dalam kolonialisme maupun mereka yang berada di posisi menengah.

Tujuannya, menyatukan disiplin ilmu yang biasanya terpisah, antara studi bahasa Belanda dan studi Asia Selatan serta Tenggara.

Dalam publikasi yang dihasilkan, Honings dan peneliti postdoctoral Judith E. Bosnak menemukan banyak orang Indonesia menghargai Belanda.

Baca Juga: Ramai Isu CPNS 2026 di TikTok, Mengapa Pemerintah Belum Buka Rekrutmen? Ini Penjelasan Kemenpan-RB

Terutama karena pelancong Belanda sering berasal dari kalangan elite.

Namun, ada juga ruang untuk kritik dan pandangan berbeda, terutama dari wanita dan mereka yang menempati posisi menengah dalam masyarakat kolonial.

“Berbagai laporan perjalanan menampilkan perspektif berbeda: naturalis melihat Hindia Belanda sebagai perjalanan penemuan, tentara menulis tentang penduduk pribumi sebagai musuh, dan wanita kadang memberi kritik anti-kolonial karena berada di luar dunia administrasi kolonial pria,” Honings menjelaskan.

Baca Juga: Chen EXO Comeback dengan Mini Album Arcadia dan Gelar Konser Solo Perdana di Korea

Salah satu contoh unik adalah perjalanan penulis Indonesia De-Lilah, yang memiliki ayah Eropa dan ibu Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X