"Adaptasi pengemudi meleset, padahal adaptasi itu berhasil sesaat sebelumnya," kata Reza.
Rantis berhenti sesaat setelah terjadi tabrakan. Ini mengindikasikan sesaat setelah terjadinya benturan, pengemudi masih cukup mampu mengendalikan diri, baik kendali oleh diri sendiri maupun oleh penumpang rantis.
Rantis kemudian bergerak. Ini manifestasi flight sebagai akibat kepanikan. Ia menyimpulkan bahwa dua kondisi psikis pengemudi dalam situasi di atas, menunjukkan fear dan miskalkulasi pada saat mengantisipasi dua demonstran yang berbeda (tidak konstan).
"Dikaitkan dengan mens rea (level kesadaran)--bukan motif (jenis)--pengemudi, maka perlu dibedakan dua momen," ujarnya.
Baca Juga: Ojol Tewas Terlindas Trantis, Massa Masih Kepung Mako Brimob Kwitang
Pada momen tabrakan, lanjut Reza, mens rea pengemudi adalah negligence. Sedangkan pada momen rantis bergerak kembali, mens rea pengemudi adalah recklessness atau bisa pula negligence. Ini membutuhkan pendalaman lebih lanjut.
"Kedua mens rea tersebut berada pada level rendah. Alhasil, sekali lagi, kejadian ini menyedihkan bagi demonstran berjaket hijau --saya bayangkan dia adalah pengemudi ojol-- dan pengemudi rantis. Andai para petinggi negara ini lebih amanah, tidak akan terjadi ini musibah," katanya.
Ia mengharapkan investigasi atas peristiwa nahas tersebut berlangsung tuntas, menyeluruh, objektif, dan transparan.***
Artikel Terkait
Ojol Tewas Terlindas Trantis, Massa Masih Kepung Mako Brimob Kwitang
Ini Tujuh Anggota Brimob Pelindas Ojol di Pejompongan, Ada Perwira Kompol C
Melayat ke Rumah Driver Ojol Korban Rantis Polisi, Pasha Ungu: Harus Ada yang Bertanggung Jawab!
Insiden Mobil Rantis Brimob Lindas Pengemudi Ojol, SETARA Institute: Cermin Kekuatan Eksesif
Driver Ojol Tewas Dilindas Kendaraan Taktis Brimob, Presiden Prabowo: Pemerintah Akan Menjamin Kehidupan Keluarga Korban