Video itu menuai kritik keras karena dianggap tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat.
Eko memberikan klarifikasi bahwa unggahan tersebut dibuat dalam suasana santai saat pembubaran panitia perayaan 17 Agustusan.
Baca Juga: Data BPS: Harga Beras Naik di 200 Daerah, Ada yang Capai Rp60 Ribu per Kg
Panitia yang bekerja hampir sebulan penuh disebutnya layak mendapat hiburan. Konten itu, menurutnya, murni parodi tanpa niat menyinggung publik.
“Itu acara penutupan panitia 17 Agustusan. Videonya memang dibuat fun, bukan untuk menantang rakyat seperti yang banyak ditulis di komentar,” jelasnya.
Klarifikasi untuk Redam Polemik
Eko Patrio mengaku memahami keresahan sebagian masyarakat yang menilai aksinya berlebihan.
Baca Juga: Setelah Ghana, Bulu Tangkis Indonesia Menguasai Cameroon Internasional 2025, Masa Depan Cerah
Ia menegaskan akan lebih berhati-hati dalam membuat konten publik, terutama di media sosial, agar tidak menimbulkan salah tafsir.
Meski demikian, ia tetap menekankan bahwa baik momen joget di Sidang MPR maupun parodi DJ hanyalah bentuk ekspresi spontan yang terjadi di luar konteks resmi acara.
Klarifikasi Eko Patrio ini menambah catatan tentang bagaimana gestur para pejabat publik di ruang formal bisa dengan cepat menjadi sorotan di era media sosial.
Masyarakat kini menunggu apakah klarifikasi ini cukup untuk meredam kritik atau justru membuka ruang perdebatan baru.***
Artikel Terkait
Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Usulkan 4 Langkah Agar Pendapatan Anggota DPR Wajar
Kemenperin Kritik Asosiasi Tekstil, Minta Proteksi Tapi Diam-diam Impor Melonjak 239 Persen Hingga Capai Puluhan Juta Kg
Latihan Militer Super Garuda Shield 2025 Dimulai, Ini Tiga Lokasi yang Dipakai
Tiga Matra Pasukan Bela Diri Jepang Ikut Super Garuda Shield 2025 secara Penuh
Cara Marinus Gea Dorong Anak Muda Lawan Paham Radikalisme Lewat Media Sosial