Proyek DME Masih Didorong Pemerintah
Salah satu proyek strategis yang menjadi sorotan adalah pengembangan DME sebagai substitusi elpiji impor.
Meski menghadapi sejumlah tantangan komersial dan teknis, pemerintah tetap mendorong BUMN seperti PTBA untuk menjajaki kolaborasi dengan mitra swasta maupun asing.
Di sisi lain, komitmen Bukit Asam menggarisbawahi potensi Indonesia sebagai pemain utama dalam hilirisasi batu bara di kawasan Asia Tenggara.
"Dengan pengelolaan yang tepat, batu bara bukan hanya sumber energi tetapi juga sumber bahan baku strategis industri kimia," tegas Arsal.
Kesiapan Infrastruktur dan Investasi
Hilirisasi batu bara skala besar menuntut kesiapan infrastruktur dan skema pendanaan jangka panjang.
Dalam hal ini, Bukit Asam disebut tengah menjajaki kerja sama pembiayaan dengan mitra dalam dan luar negeri, termasuk lembaga keuangan yang mendukung transisi energi.
Seiring itu, perusahaan juga terus membangun kapasitas riset dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi proses konversi serta meminimalkan dampak lingkungan.
Langkah Bukit Asam tersebut mendapat perhatian serius DPR RI. Sejumlah anggota Komisi XII meminta perusahaan pelat merah ini tetap mengutamakan prinsip keberlanjutan dan keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap proyek hilirisasi.
Dengan alokasi 563 juta ton batu bara untuk hilirisasi, PT Bukit Asam memperkuat posisinya sebagai pelopor transformasi energi berbasis sumber daya domestik, sekaligus menjawab tantangan global terhadap dekarbonisasi dan diversifikasi energi. ***
Artikel Terkait
Harga Batu Bara Dunia Anjlok, Ekspor Indonesia Terancam Kalah Saing
Batu Bara RI Tak Laku di China-India? ESDM Angkat Bicara
Ketika Batu Bara Impor dari Indonesia sangat Berharga buat Serbia
Jembatan Ambruk, Jalan Rusak, Sumatra Selatan Larang Truk Batu Bara Lewat Sembarangan
Perusahaan Australia Dapat Perpanjangan Kontrak Tambang di Kalsel, Kesempatan Keruk Cadangan Batu Bara