Namun, sumber internal menyebutkan bahwa delegasi Indonesia dan AS telah merampungkan pembahasan sejak akhir pekan lalu di Washington.
Di sisi lain, Uni Eropa menanggapi perkembangan ini dengan menyiapkan kebijakan balasan.
Komisi Eropa dilaporkan tengah menggodok daftar produk asal AS yang akan dikenakan tarif balasan jika kebijakan serupa diberlakukan terhadap negara-negara anggota Uni Eropa.
Sementara itu, pengamat ekonomi internasional menilai langkah Indonesia ini cukup berani dan pragmatis.
Baca Juga: Presiden Trump Umumkan AS Capai Kesepakatan Tarif Dagang dengan Indonesia, Perincian Menyusul
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan bilateral Indonesia-AS pada 2024 mencapai sekitar USD38 miliar, dengan Indonesia mencatat surplus sekitar USD18 miliar.
Industri penerbangan dan energi nasional diperkirakan akan menjadi sektor yang paling terdampak langsung dari kesepakatan ini, mengingat jumlah pembelian pesawat dan energi yang tergolong besar.
Menurut sumber dari Boeing, pesanan 50 pesawat ini akan dikirim secara bertahap mulai 2026 hingga 2030, dengan mayoritas unit diperuntukkan bagi maskapai nasional dan ekspansi armada penerbangan kargo.
Baca Juga: Kata Pakar Soal Penyebab Jatuhnya Air India Boeing 787, Salah Satunya Burung dan Sayap Pesawat
Kementerian Perhubungan RI belum mengonfirmasi maskapai mana saja yang akan menerima pesawat-pesawat tersebut.
Sebagai catatan, ini merupakan kesepakatan dagang terbesar antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam kurun lima tahun terakhir.***
Artikel Terkait
Viral Ridwan Kamil Diminta Protes Imbas Pesawat Delay di Bali tapi Ditolak Petugas
Kata Pihak Bandara Bali Usai Ridwan Kamil Protes Pesawat Delay dengan Petugas
Laporan Awal Pesawat Air India 171 Jatuh: Pilot Bingung Saluran Bahan Bakar Menutup Otomatis, Mesin Langsung Mati
Bandara Ngurah Rai Benarkan Tolak Pesawat Super Air Jet Berangkat pada Sabtu Dini Hari