China dan India juga meningkatkan pembelian dari Tanzania, yang sebelumnya nyaris absen dari perdagangan batu bara global sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Pedagang India pun memperbanyak pembelian dari Kazakhstan, Kolombia, dan Mozambik, sementara batu bara Australia makin mendominasi di China.
Tekanan Impor, Indonesia Fokus ke Pasar Domestik
Secara keseluruhan, impor batu bara China turun hampir 10 persen menjadi 137,4 juta ton selama Januari–Mei 2025.
Impor India juga menyusut lebih dari 5 persen menjadi 74 juta ton.
Indonesia terkena dampak paling besar, dengan ekspor ke China dan India turun masing-masing 12,3 persen dan 14,3 persen.
Total ekspor batu bara Indonesia turun 12 persen menjadi 187 juta ton dalam periode tersebut, menurut data Kpler.
Baca Juga: Laba Bersih BUMI Meroket 45,5 Persen di Tengah Penurunan Pendapatan dan Harga Batu Bara
Sebagai respons, para penambang Indonesia mulai beralih ke pasar domestik.
Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia memperkirakan pasokan dalam negeri naik 3 persen tahun ini, sementara ekspor turun sekitar 10 persen.
Permintaan domestik, terutama dari industri smelter nikel, kini menyerap hampir 48,6 persen produksi batu bara nasional, tingkat tertinggi dalam satu dekade, menurut data pemerintah.
Baca Juga: UU Minerba Sudah Sah: UMKM, Kampus hingga Ormas Kini Boleh Tambang Mineral dan Batu Bara
Karena harga batu bara untuk pembangkit listrik dibatasi, penjualan ke smelter menjadi pilihan lebih menguntungkan.
“Industri smelter saat ini menjadi titik terang. Kami mendapat harga lebih baik dibanding menjual ke pembangkit atau ekspor ke China,” ujar Ramli Ahmad dari Ombilin Energi.***
Artikel Terkait
Kolombia Setop Ekspor Batu Bara ke Israel gegera Ini
Ngeri, 63 Jasad Penambang Batu Bara Ini Baru Ditemukan setelah 18 Tahun Berlalu
Harga Batu Bara Acuan Juni 2024 Melonjak, Tembus USD123 per Ton
UU Minerba Sudah Sah: UMKM, Kampus hingga Ormas Kini Boleh Tambang Mineral dan Batu Bara
Pemerintahan Prabowo Genjot Gasifikasi Batu Bara, Targetkan Dimethyl Ether Gantikan LPG