• Senin, 22 Desember 2025

Presiden Prabowo Memenuhi Janji Bertemu Putin, Pilih Absen dari Undangan KTT G7

Photo Author
- Jumat, 13 Juni 2025 | 06:45 WIB
Jamuan santap malam kenegaraan antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron yang digelar pada Rabu malam, 28 Mei 2025, di Istana Negara, Jakarta.
Jamuan santap malam kenegaraan antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron yang digelar pada Rabu malam, 28 Mei 2025, di Istana Negara, Jakarta.

KONTEKS.CO.ID - Presiden Prabowo Subianto dipastikan tidak menghadiri sesi outreach KTT G7 di Kanada.

Itu karena telah memiliki janji agenda sebelumnya dengan Singapura dan Rusia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Rolliansyah Soemirat atau Roy, pada Kamis kemarin menjelaskan ketidakhadiran Presiden tidak berarti Indonesia mengurangi dukungannya terhadap G7.

Sesi outreach KTT G7 yang dijadwalkan berlangsung pada 17 Juni hanya berselang satu hari dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Rusia.

Baca Juga: Pemimpin G7 Setuju Pinjamkan Ukraina USD50 Miliar dari Aset Rusia yang Dibekukan

"Perdana Menteri Kanada Mark Carney telah mengundang Presiden Prabowo untuk bergabung dalam pembicaraan outreach G7," kata Roy.

"Undangan ini menunjukkan Indonesia dipandang penting dan berpengaruh di panggung global," kata Roy.

"Namun, Presiden Prabowo sudah memiliki komitmen sebelumnya, baik di Singapura maupun Rusia. Karena itu, beliau tidak dapat hadir di KTT G7," ujar Roy.

Menurut Roy, Presiden akan berangkat ke Singapura pada Senin 16 Juni 2025, untuk bertemu dengan PM Singapura Lawrence Wong.

Baca Juga: Tanggul Laut Pantura Bukan Wacana, Prabowo: Dikerjakan Segera

Mantan Panglima TNI itu juga akan mengunjungi Rusia pada 18–20 Juni untuk mengikuti rangkaian pembicaraan.

Ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, serta menyampaikan pidato di hadapan para pengusaha lokal dalam Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg.

Kunjungan kenegaraan tersebut diperkirakan menghasilkan sejumlah kesepakatan baru dengan Rusia, termasuk di bidang teknologi, produksi kapal, dan sektor lainnya.

"Setiap jadwal Presiden atau Menteri Luar Negeri bukan semata soal kehadiran, tapi lebih pada bagaimana pertemuan-pertemuan tersebut menguntungkan kepentingan nasional," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X