Namun, ia memohon agar “keraguan itu tidak terus melekat,” sembari mengatakan akan menyumbangkan sebagian keuntungannya kepada para penyintas.
David mengatakan ia memutuskan bermitra dengan Patek karena Patek telah meminta maaf dan layak diberi kesempatan kedua.
Sejak pembebasannya, otoritas Indonesia menjadikan Patek sebagai contoh keberhasilan program deradikalisasi.
Program itu digalakkan Indonesia dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia ini untuk menanggulangi kebangkitan militansi Islam.
Chusnul Chotimah, penyintas serangan bom yang masih memiliki bekas luka bakar dan kesulitan membiayai pengobatan, menerobos kerumunan untuk berbicara langsung kepada Patek dalam peluncuran kafe kopi, baru-baru ini.
“Saya dulu menyimpan dendam padamu,” katanya.
“Tapi saya memaafkanmu. Saya tahu kamu sudah berubah menjadi lebih baik.”
Namun, Chusnul kemudian menambahkan bahwa ia berharap Patek benar-benar membantu para korban. “Jangan cuma minta maaf,” ujarnya.
Tumini, penyintas lain di Denpasar, Bali, menyatakan dirinya masih kesulitan membiayai pengobatan dan meminta agar bantuan pemerintah diprioritaskan bagi korban yang masih dalam masa pemulihan.***
Artikel Terkait
Profil Bayu Prawiro, Runner-up World Brewers Cup 2025, Perjalanan dari Agribisnis ke Barista Kopi
Mau Parfum Rasa Kopi? Ini 3 Rekomendasi Wewangian Bold yang Cocok untuk Jiwa Pemberontak, Dewasa, dan Penuh Karakter