KONTEKS.CO.ID - Seorang pakar menyerukan pengawasan yang lebih ketat terhadap distribusi makanan skala besar seperti dalam program Makan Bergizi Gratis atau MBG.
Itu menyusul serangkaian kasus keracunan makanan yang terkait dengan program makan gratis yang diluncurkan Pemerintahan Presiden Prabowo.
Diluncurkan pada Januari 2025, program MBG menargetkan lebih dari 92 juta anak usia di bawah lima tahun, anak usia sekolah, santri di pesantren, serta ibu hamil dan menyusui.
Di Cianjur, dilaporkan puluhan siswa harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami gejala seperti pusing, mual, dan muntah usai mengonsumsi makanan dari program MBG.
Di Bombana, Sulawesi Tenggara, Kepala Dinas Kesehatan setempat menyebut ayam sebagai penyebab keracunan massal.
Sementara, di Bandung 342 siswa mengalami gejala keracunan makanan, meski tidak ada yang harus dirawat inap.
Di Tasikmalaya, 24 siswa jatuh sakit dan delapan di antaranya dirawat di rumah sakit.
Tantangan Layanan Makanan Skala Besar
Leiyla Elvizahro, seorang ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang basi atau tidak higienis.
“Makanan tinggi karbohidrat seperti nasi, mi, dan lontong sangat mudah basi jika dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang. Tanda-tandanya meliputi bau asam, tekstur licin, atau tumbuhnya jamur,” ujarnya.
Elvizahro mengatakan kasus-kasus ini menunjukkan perlunya pengawasan distribusi makanan skala besar, terutama dalam aspek penyimpanan dan kebersihan.
Perhatian terhadap detail seperti suhu penyajian dan sanitasi dapur sangat penting untuk mencegah insiden serupa.
Keracunan massal diduga kuat disebabkan penanganan makanan yang buruk, terutama dalam penyimpanan dan distribusi.
Kondisi geografis Indonesia yang luas dan beragam membuat waktu pengiriman sering kali lebih lama dari yang direncanakan, sehingga meningkatkan risiko makanan basi.
Elvizahro menambahkan bahwa makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus diolah dengan standar kebersihan yang ketat.
Artikel Terkait
Kepala Badan Gizi Nasional Komentari Pro dan Kontra soal Makan Bergizi Gratis alias MBG
Kepala Badan Gizi Nasional Ungkap Strategi Mengatasi Kebocoran Anggaran MBG