Bagi Pramono, menyambut tahun baru bukan semata soal pesta, tetapi juga tentang pesan yang ingin disampaikan Jakarta kepada dunia.
Ia menilai, ibu kota harus mampu menunjukkan empati tanpa menghilangkan fungsinya sebagai kota global.
“Tetap harus ada penyambutan tahun baru, karena ini kan Jakarta, ini Ibu Kota Negara, dan ini yang dilihat dunia, apa yang akan dilakukan oleh Jakarta,” tutupnya.
Dipusatkan di Bundaran HI
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah menyatakan tetap akan menggelar perayaan malam tahun baru 2026 di sejumlah titik di Ibu Kota.
Namun, pusat kegiatan dipastikan tetap berada di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), sebagaimana tradisi tahun-tahun sebelumnya.
Selain Bundaran HI, sempat muncul usulan agar pesta malam pergantian tahun digelar di Ancol, Jakarta Utara, atau Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Kendati demikian, Pramono belum mengambil keputusan terkait lokasi alternatif tersebut.
Tak hanya fokus pada malam tahun baru, Pemprov DKI juga tengah mempersiapkan perayaan Natal.
Pramono menegaskan tidak ingin perayaan Natal hanya terpusat pada satu acara besar. Ia mendorong agar suasana Natal terasa lebih hidup di berbagai sudut kota.
Hadirkan Dekorasi Natal
Karena itu, Pemprov DKI memberikan ruang bagi pusat-pusat perbelanjaan dan kawasan keramaian untuk menghias dan mendekorasi area mereka demi menghadirkan nuansa Natal yang lebih hangat dan menarik.
Bahkan, Pramono secara terbuka mengizinkan masyarakat untuk bernyanyi dan merayakan Natal di kawasan Sudirman hingga Gatot Subroto.
“Itu sesuatu yang memang saya inginkan untuk Jakarta menjadi lebih semarak, lebih menarik (saat Natal),” ucap Pramono.
Di tengah pilihan antara gemerlap dan empati, Jakarta tampaknya akan menutup tahun dengan nada yang lebih reflektif.