"Pendalaman terhadap profil dan motif pelaku terus dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat adanya keterkaitan dengan aktor-aktor yang lain," ujar Nurwakhid, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu 26 Oktober 2022.
Nurwakhid menjelaskan, kejadian teror yang melibatkan perempuan di Indonesia bukan peristiwa baru. Salah satu contohnya, ancaman bom di Istana yang pernah digagalkan oleh aparat penegak hukum pada 2016.
"Salah satu calon pengantin yang ingin melakukan aksi di Istana terlebih dahulu diamankan oleh Densus 88 yang juga pelakunya adalah perempuan, Dian Yuli Novi, dan ada juga Zazkia Aini yang melakukan penyerangan ke Mabes Polri pada tahun 2021," kata dia.
BNPT, kata Nurwakhid, telah mewaspadai tingkat kerentanan perempuan untuk direkrut dan dijadikan pelaku oleh kelompok teroris.
Dalam jaringan teroris, perempuan tidak lagi menjadi aktor pendukung dan simpatisan, tetapi sudah diposisikan sebagai pelaku atau martir.
"Pemanfaatan perempuan dalam aksi terorisme memang trend baru, khususnya yang dilakukan ISIS, baik dilakukan dengan jaringan atau lone wolf yang tidak terikat komando dan jaringan," kata Nurwakhid.
Sebelumnya, perempuan bercadar dan berkerudung biru mencoba menerobos Istana, pada Selasa 25 Oktober 2022 sekitar pukul 07.00 WIB.
Awalnya, saat polisi melakukan tugas rutin pelayanan masyarakat penjagaan dan pengaturan di sekitar Istana Presiden atau Pos Bandung 1/oteva.
Kemudian, perempuan bercadar itu berjalan kaki dari Harmoni mengarah ke Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.