Robot mirip boneka ini terhubung ke aplikasi telepon dan platform pemantauan web untuk anggota keluarga atau pengasuh.
Sistem ini memiliki tujuan ganda. Robot memberikan dukungan praktis, mulai dari pengingat minum obat hingga peringatan darurat, sekaligus memungkinkan pekerja sosial untuk mencatat informasi harian seperti waktu makan dari jarak jauh.
Namun, manfaat terbesarnya mungkin bersifat emosional.
Faktor 'Kelucuan'
Dirancang sebagai boneka lembut yang dapat dipeluk berukuran 15 hingga 20 inci, ia merespons sentuhan di kepala atau genggaman tangan.
Obrolan bertenaga AI-nya, yang berbicara dengan nada anak berusia tujuh tahun, menyediakan musik, percakapan, dan latihan kognitif.
Namun, fitur terkuatnya mungkin adalah yang paling sederhana: sapaan yang menunggu seorang lansia yang kembali ke rumah mereka: “Nenek/Kakek, aku sudah menunggumu sepanjang hari.”
“Desain Hyodol yang imut dan menenangkan sangat penting untuk efektivitasnya,” jelas CEO Hyodol, Jihee Kim.
“Penampilan seperti bayi memudahkan untuk membangun ikatan dan membangun kepercayaan dengan para lansia. Keimutannya mempermudah proses pembelajaran bagi mereka, yang seringkali tidak terlalu paham teknologi,” tuturnya.
Baca Juga: PA Jaksel Putuskan Sidang Cerai Raisa dan Hamish Daud Secara Verstek, Isu Orang Ketiga Dibantah
Hingga November 2025, lebih dari 12.000 robot Hyodol telah didistribusikan kepada para lansia yang tinggal sendirian di seluruh Korea Selatan, terutama melalui program pemerintah dan kesejahteraan publik.
Kim menambahkan, sekitar 1.000 robot lagi telah dibeli langsung oleh keluarga, dengan model terbaru dihargai 1,3 juta won (sekitar Rp15 juta). ***