lifestyle

Pariwisata Indonesia Timpang: 82 Persen Wisman Masuk Lewat Udara, tapi Destinasi Prioritas Sepi, Kok Bisa?

Rabu, 3 Desember 2025 | 09:29 WIB
Kemenpar sebut 82 persen wisman masuk lewat udara, tapi destinasi prioritas sepi (Foto: dok. Kemenpar)

KONTEKS.CO.ID - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali menyoroti persoalan mendasar yang memengaruhi daya saing pariwisata Indonesia yakni ketimpangan konektivitas udara antar-destinasi utama.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam Tourism Snapshot Vol. 1 No. 3 Tahun 2025, sebuah kajian resmi yang menyoroti bagaimana akses penerbangan berdampak langsung pada persebaran wisatawan dan performa pasar internasional.

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini M. Paham menjelaskan, publikasi ini mengusung tema 'Daya Saing Pariwisata Indonesia melalui Konektivitas Udara dan Performansi Pasar'.

Baca Juga: Keren! Indonesia Hadirkan MaiA: Kecerdasan Buatan untuk Transformasi Pariwisata Tourism 5.0

Kajian tersebut menghadirkan analisis menyeluruh mengenai peran transportasi udara, dinamika pasar, serta strategi distribusi wisatawan ke 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan tiga Destinasi Pariwisata Regeneratif (DPR).

“Data menunjukkan sebanyak 82 persen wisatawan mancanegara masuk melalui jalur udara, dengan Jakarta dan Bali menjadi dua super hub utama yang menampung lebih dari 81 persen trafik internasional. Ketimpangan ini menegaskan perlunya strategi konektivitas yang lebih merata untuk mengoptimalkan destinasi prioritas lainnya,” ujar Martini, Rabu, 3 Desember 2025.

Minat Wisman Tak Berbanding Realisasi

Sementara, Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, menambahkan bahwa kajian menggunakan data Amadeus menunjukkan ketidaksesuaian antara minat pencarian perjalanan dan realisasi kedatangan wisatawan dari sejumlah pasar utama,termasuk Jepang, China, India, Rusia, dan Amerika Serikat.

Menurutnya, masalah ini tidak lepas dari kurangnya opsi penerbangan langsung menuju berbagai destinasi prioritas, khususnya di kawasan timur Indonesia.

“Di banyak destinasi prioritas, wisatawan harus menempuh waktu transit yang panjang akibat terbatasnya akses langsung. Karena itu, penguatan sistem hub dan pembukaan rute langsung menjadi faktor penting untuk persebaran wisatawan yang lebih merata,” jelas Dewi.

Baca Juga: Pariwisata RI Melesat Dekati Target 15 Juta Wisman, Pemerintah Optimistis Cetak Rekor Baru

3 Masalah Fundamental Penghambat Konektivitas Udara

Dewi menegaskan bahwa kajian tersebut mengidentifikasi tiga faktor kunci yang masih menghambat optimalisasi konektivitas udara nasional yakni keterbatasan kapasitas operasional maskapai,mulai dari jumlah armada hingga kemampuan ekspansi rute.

Kemudian kesenjangan infrastruktur penunjang, termasuk bandara, fasilitas ground handling, hingga kesiapan layanan di destinasi.

Lalu, siklus investasi yang belum selaras, ketidakharmonisan antara strategi maskapai, prioritas pemerintah, dan kesiapan pelaku usaha.

Halaman:

Tags

Terkini