KONTEKS.CO.ID - Industri pariwisata dunia tengah bergerak menuju babak baru yang penuh peluang dan tantangan. Indonesia, dengan segala kekayaan alam dan budayanya, berpotensi besar menjadi pemain utama dalam lanskap global tersebut.
Hal inilah yang ditekankan Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana saat membuka Indonesia Tourism Outlook 2026, yang digelar oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Jakarta, Rabu, 29 Oktober 2025.
Dalam sambutannya, Menpar Widiyanti menegaskan bahwa pariwisata kini menjadi salah satu penggerak utama ekonomi dunia dengan dampak sosial yang luas.
“Pariwisata telah diakui sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dunia yang vital, dengan dampak sosial yang luas dan signifikan,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran persnya, Jumat, 31 Oktober 2025.
Baca Juga: Bali Jadi Pulau Terbaik Asia 2025, Menpar Widiyanti: Bukti Kekuatan Ekosistem Pariwisata Indonesia
Data global menunjukkan, pada 2023 sektor pariwisata menyumbang sekitar 10 persen terhadap PDB dunia dan menciptakan lapangan kerja bagi 330 juta orang. Di Indonesia, kontribusi sektor ini juga terus meningkat.
“Di Indonesia, Bank Mandiri memperkirakan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional mencapai 4,9 persen pada semester I tahun 2025, dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 25,88 juta orang," imbuhnya.
Namun, di balik capaian itu, Menpar menilai dunia pariwisata tengah mengalami tiga pergeseran besar yang berpotensi mengubah arah industri global dan membuka peluang baru bagi Indonesia.
Pergeseran Sumber Wisatawan Dunia
Menurut Widiyanti, sumber wisatawan outbound kini semakin beragam. Jika selama ini pasar didominasi oleh wisatawan asal Amerika, Eropa, dan Asia Timur, dalam beberapa dekade mendatang negara-negara dari Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Timur Tengah akan menjadi kekuatan baru.
“Jika sebelumnya pasar pariwisata dunia didominasi oleh wisatawan dari Amerika, Eropa, dan Asia Timur, kini negara-negara dari Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Timur Tengah termasuk Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam 15 besar pasar outbound dunia pada 2040,” jelasnya.
Kondisi ini menuntut Indonesia untuk menyesuaikan penawaran wisata agar tetap relevan dengan karakter wisatawan baru. Salah satu peluang besar datang dari wisata ramah Muslim yang kian diminati dunia.
“Salah satu bentuknya adalah pengembangan pariwisata ramah muslim yang kini semakin diminati wisatawan global. Menurut Crescent Rating, pada 2030 total pengeluaran wisatawan Muslim diperkirakan mencapai lebih dari 235 miliar dolar AS. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki ekosistem serta fasilitas yang mendukung kebutuhan wisatawan muslim,” paparnya.