Baginya, pesan moral dan nilai kehidupan dalam setiap lakon adalah ruh yang harus sampai ke penonton.
Bakatnya mengantarkan wayang Jawa tampil di panggung dunia:
Baca Juga: Dewan Pers: AI Bukan Produk Jurnalistik dan Tak Bisa Gantikan Jurnalis!
- Afrika
- Amerika Serikat (1991 dalam pameran budaya KIAS)
- Jepang
- Spanyol
- Jerman Barat
- Australia
- Rusia
- Nepal
- Thailand
- Mesir
- Yunani
Pengakuan internasional itu bahkan membuat media luar negeri menyebutnya sebagai “President of Wayang Kulit” — penghormatan yang tidak main-main.
Penghargaan dan Dedikasi untuk Regenerasi
Prestasinya juga diakui melalui berbagai penghargaan, seperti:
- Upa Pradana Budaya (1992)
- Dalang Kesayangan Pekan Wayang Indonesia VI (1993)
- Satyalancana Kebudayaan RI (1995)
- Anugerah Lebdocarito dari Keraton Surakarta (1997)
Ki Anom Suroto tidak hanya tampil di panggung.
Ia mendirikan Forum Rebo Legen pada 1979 sebagai ruang belajar para dalang muda.
Baginya, pelestarian budaya harus dilakukan dengan membangun generasi penerus yang kuat, terutama dalam menjaga bahasa Jawa krama dan nilai adiluhung dalam setiap cerita.
Baca Juga: Rute Pola Layanan Transjakarta Berubah Pada Sabtu-Minggu Ini, Simak Daftarnya
Kepergian Ki Anom Suroto menyisakan ruang besar dalam dunia perwayangan Indonesia.
Namun warisan beliau tetap hidup dalam karya, ilmu, dan para murid yang meneruskan langkahnya.
Ia adalah bukti bahwa seni tradisi tidak pernah usang, selama ada yang merawat dan menghidupkannya.
Baca Juga: Waspada Hujan Lebat! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Landa Jabodetabek hingga Malam Hari Ini
Indonesia berduka, tapi juga bangga pernah punya maestro sebesar Ki Anom Suroto.