Dalam medan perang di Afrika Utara, Rommel memperoleh reputasi hebat. Ia sampai mendapat julukan “Der Wüstenfuchs, The Desert Fox atau Rubah Gurun”, dari teman maupun musuh karena serangan mendadaknya yang berani.
Saat itu Rommel meraih popularitas yang mencengangkan di dunia Arab. Ia dianggap sebagai “pembebas” Afrika dari kekuasaan Inggris.
Di dalam negeri, kementerian propaganda menggambarkannya sebagai “marsekal rakyat” (Volksmarschall) yang tak terkalahkan.
Baca Juga: Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar
Tak lama setelah itu, Hitler yang terkesan dengan keberhasilan tersebut mempromosikan Rommel menjadi Field Marshall.
Namun Rommel mengalami kesulitan untuk menindaklanjuti keberhasilan ini. Afrika Utara, dalam pandangan Hitler, hanyalah sebuah tontonan saja.
Suatu saat pasukan Rommel mengalami kesulitan pasokan. Sebagai komandan, Rommel meminta agar markas besar untuk menarik pasukannya yang kelelahan. Tetapi pada musim panas 1942 Hitler malah memerintahkan pasukan Rommel menyerang Kairo dan Terusan Suez.
Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu
Akibatnya bisa ditebak, serangan terhadap Mesir telah membebani sumber daya pasukan Jerman secara berlebihan.
Pada akhir Oktober 1942, pasukan Rommel kalah dari Inggris dalam Pertempuran El-Alamein II, sekitar 100 km dari Alexandria. Pasukan Rommel bahkan harus mundur hingga ke jembatan Jerman di Tunisia.
Pada Maret 1943, Hitler memerintahkan Rommel 'pulang kampung' dengan tujuan yang lebih penting.
Baca Juga: GANEFO, Olimpiade Ciptaan Soekarno yang Kontroversial, Bukti Ada Politik dalam Olahraga