kontekstory

Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis 

Sabtu, 23 September 2023 | 08:00 WIB
Kisah Nurnaningsih, bom seks pertama Indonesia, keturunan Raja Solo dan Jogja. (Instagram @arsip_indonesia)

KONTEKS.CO.ID – Fenomena foto dan video vulgar artis yang tersebar di dunia maya kini heboh lagi akibat terbongkarnya kasus 120 judul film dewasa buatan Kelas Bintang. Keriuhan ini bukan baru kali pertama terjadi. Jauh sebelum kasus foto dan video vulgar produksi Jakarta Selatan mencuat, publik di era Orde Lama sudah mengenal sepak terjang seorang bintang film dewasa pertama di Indonesia. Namanya Nurnaningsih.

Jauh sebelum artis-artis seksi seperti Suzanna, Yati surachman, Eva Arnaz, Sally Marcelina ataupun Yurike Prastica terkenal di film-film panas di layar lebar Indonesia, sosok ini sudah jauh lebih dulu meraih ketenaran.

Lekuk tubuhnya, serta berbagai skandal dan kontroversi berkelindan sepanjang hidupnya. Mulai dari adegan setengah telanjang dalam film sampai foto-foto seronok dirinya yang beredar luas di masyarakat pada era tahun 1950-an.

Baca Juga: Cerita Awal Tan Ek Tjoan: Asimilasi Lewat Setangkup Roti (2)

Saking terkenalnya, Nurnaningsih mendapat menjuluki sebagai Marilyn Monroe Indonesia.

Nurnaningsih, Bom Seks Keturunan Raja Solo dan Jogja


-
Nurnaningsih, bom seks pertama Indonesia. (Instagram/arsip_indonesia)

Nurnaningsih  lahir di Wonokromo, Surabaya, pada 5 Desember 1928. Dalam tubuhnya mengalir darah bangsawan.

Si cantik ini merupakan anak ketiga dari pasangana Raden Kadjat Kartodarmdjo dan Sukini Martindjung. Ayahnya merupakan keturunan raja Yogjakarta, sedangkan sang Ibu keturunan Raja Solo.

Baca Juga: Maung Bikang, Laskar Mojang Bandung yang Bikin Ciut Nyali Penjajah

Sebagai anak perempuan tertua dalam keluarga, orangtuanya berharap ketika usianya sudah cukup, Nurna  akan segera menikah.

Demi kedua orangtuanya, Nurnaningsih berhenti sekolah ketika kelas satu SMA. Dia pun terpaksa menikah. Tapi pernikahan itu hanya bertahan dua bulan.

Setelah bercerai, Nurna ingin mewujudkan cita-cita menjadi bintang film. Nurnaningsih mengaku terinspirasi menjadi bintang film saat melihat film dengan bintang Miss Ruqyah, seorang aktris dan penyanyi keroncong terkenal pada masa itu.

Baca Juga: Buronan Legendaris Eddy Sampak: Perampok Tersadis Bunuh 4 Tentara, Buron 22 Tahun, Tertangkap Saat Sudah Jadi Tokoh Agama

Nurna merantau ke Jakarta di usia 25 tahun. Dia tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali Ciliwung.

Saat itu banyak yang menganggap bahwa usianya sudah cukup tua dan tidak ideal lagi untuk memulai karier sebagai bintang film. Namun Nurna membuktikan bahwa dia memiliki bakat terpendam sebagai artis.

Debut Nurnaningsih Bersama Usmar Ismail

Nurna pun les vokal kemudian bermain teater. Mimpinya menjadi artis terwujud setelah dia berhasil membintangi film garapan sang legenda perfilman Indonesia, Usmar Ismail.

Baca Juga: Pendisiplinan Kepala ala Rezim Orba, Dari Razia Rambut Gondrong Berujung Maut Hingga Tak Boleh Punya KTP

Hidung tajam Usmar Ismail mengendus bakat Nurna dan memberinya sebuah peran dalam film berjudul "Krisis" pada tahun 1953. Memerankan tokoh bernama Rose, Nurna membintangi film ini bersama Raden Sukarno dan Tina Melinda.

Meskipun dia mendapatkan peran utama, namun dia tak mendapat bayaran tinggi. Nurna hanya mendapat honor Rp180. Tapi peran pertamanya inilah yang melambungkan namanya.

Apalagi film "Krisis" sukses besar di pasaran. Bahkan perusahaan film nasional yang awalnya terlanda krisis keuangan langsung terselamatkan berkat film krisis film tersebut.

Baca Juga: Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar

Nama Nurnaningsih menjadi terkenal. Berkat penampilannya dalam film Krisis, dia pun mendapatkan penghargaan pertama dari majalah film Varia.

Setelah itu Nurnaningsih semakin mendapat banyak tawaran main film. Salah satunya film "Harimau Tjampa" pada 1954. Dia beradu peran dengan Bambang Hermanto, aktor legendaris Indonesia yang pernah meraih Aktor dunia Terbaik di Festival Film Moskow (1961).

Filmnya Meraih Penghargaan, Nurnaningsih Dapat Cacian


-
Nurnaningsih nyaris bugil (kiri) di Film Harimau Tjampa (1954) karya D Djajakusuma. (Wikimedia Commons)

Dalam film "Harimau Tjampa" (1954) karya D Djajakusuma, ada beberapa detik adegan yang menampakkan tubuh Nurnaningsih setengah telanjang.

Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham

Hal itu menjadikannya sebagai aktris pribumi Indonesia pertama yang melakukan adegan tersebut.

Nurna tergolong wanita berani. Dia nekad melakukan adegan setengah telanjang saat sedang viral pertentangan antara seniman dan badan sensor.

Masyarakat tak habis-habisnya membully Nurnaningsih. Padahal, film "Harimau Tjampa" sendiri meraih penghargaan kategori Skenario Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 1955.

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Juga meraih penghargaan kategori musik terbaik di ajang Asian Festival.

Akhirnya berbagai literasi sepakat menjadikan Nurnaningsih atau yang akrab disapa Nurna sebagai sosok yang mempelopori istilah bom seks.

Namun Nurna memiliki alasan untuk melakukan adegan yang memperlihatkan keindahan tubuh kuning langsatnya itu.

Baca Juga: Mengenal GSG-9, Satuan Polisi Elite Tempat Luhut dan Prabowo Berguru Antiteror, Acuan Pendirian Sat 81 Kopassus

“Saya tidak akan memerosotkan kesenian, melainkan hendak melenyapkan pandangan-pandangan kolot yang masih terdapat dalam kesenian Indonesia,” katanya tajam, melansir dari buku "A to Z About Indonesian Film" karya penulis Ekky Imanjaya yang diterbitkan Mizan, Bandung.

Foto Tanpa Busana Nurnaningsih Beredar di Pasar Gelap


-
Salah satu pose berani Nurnaningsih di masanya (Wikimedia Commons)

Seiring berjalannya waktu, caci maki untuk Nurnaningsih tidak berhenti malah makin panas. Terlebih, banyak pihak menjual bebas foto-foto bugilnya di pasar gelap pada pertengahan tahun 1954.

Nurna memang sering mengeksplorasi tubuhnya ke berbagai medium seni lain seperti foto majalah. Hebatnya, foto-fotonya tak cuma beredar di Jakarta, tapi juga hingga Amerika dan Italia.

Halaman:

Tags

Terkini