kontekstory

Syarifah Nawawi, Kasih Tak Sampai Tan Malaka Sang Bapak Republik

Rabu, 16 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Syarifah Nawawi, gadis pujaan Tan Malaka. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

Aktivis Perempuan Pendiri Perwari

Syarifah tegar menerima perceraiannya. Ia tidak dendam kepada mantan suaminya. Sampai akhir hayatnya dia tidak pernah menikah lagi dan menjadi single parent untuk ketiga anaknya

Setelah bercerai, Syarifah dan anak-anaknya tinggal di Bukittinggi sampai tahun 1937. Dia bekerja sebagai kepala Sekolah De Meisjes Vervolg School, yakni Sekolah Lanjutan untuk Anak Perempuan.

Baca Juga: Sejarah Lokalisasi Saritem: Ragam Versi Nyai Saritem, Mojang Cantik Gundik Belanda yang Jadi Lokalisasi Tertua di Bandung

Setelah kedua orang tuanya meninggal, pada tahun 1937 Syarifah kembali ke Batavia. Dia menyekolahkan anak-anaknya di Koning Willem III School Batavia. Aktivitasnya pun berlanjut dengan memimpin Sekolah Kemajuan Istri di Meester Cornelis yang kini bernama Jalan Jatinegara, Jakarta Timur.

Tiga anak Syarifah masih berhubungan baik dengan bapaknya di Bandung. Terkadang mereka bertemu dengan Wiranatakoesoema yang kebetulan datang ke Batavia. Tetapi Syarifah sendiri tidak pernah mau menerima kembali mantan suaminya. Perbedaan budaya nampaknya memang menjadi jurang pemisah mereka berdua.

Pada 11 Juli 1955 bersama teman-temannya, Syarifah mendirikan Yayasan Panti Wanita Trisula Perwari. Perwari adalah sebuah organisasi wanita pejuang Indonesia yang didirikan pada 1945.

Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis 

-

Tan Malaka saat muda. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

Cinta Tan Kembali Ditolak

Setelah Syarifah menjanda, cinta Tan Malaka bersemi kembali. Dia sempat menemui Syarifah dan meminang perempuan itu. Tapi Tan harus menerima kenyataan pahit, lamarannya kembali ditolak oleh Syarifah Nawawi.

Cinta Tan bertepuk sebelah tangan. Dia patah hati dan hingga akhir hayatnya Tan Malaka tak pernah menikah.

Kekasih yang tak dianggap itu akhirnya mengubur cinta bersama jasadnya di Selopanggung, Kediri. Pada 21 Februari 1949, Tan gugur ditembak oleh tentara Republik yang didirikannya.

Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa

Dalam liputan khusus Tempo edisi "Bapak Republik yang Dilupakan", sejarawan Belanda yang menulis biografi Tan Malaka, Harry A Poeze, menyatakan Syarifah tak pernah sekali pun membalas surat-surat itu.

”Tan Malaka? Hmm, dia seorang pemuda yang aneh,” begitu katanya kepada Poeze sewaktu mereka bertemu pada 1980.

Syarifah yang saat itu usianya sekitar 83 tahun tak menjelaskan kepada Poeze letak keanehan orang yang menaksirnya itu.

Baca Juga: Menteri Jusuf Muda Dalam: Terlibat Skandal dengan Banyak Perempuan, Koruptor Pertama Indonesia yang Divonis Mati

Syarifah menjanda seumur hidupnya. Dia tak pernah berhenti mengabdi pada masyarakat.

Melalui organisasi-organisasi perempuan yang ia dirikan, Syarifah terus memberikan pengajaran kepada anak-anak perempuan putus sekolah dan tidak mampu. Ia adalah tokoh nasional yang vokal memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan.

Msyarakat mengakui sumbangsih Syarifah bagi perbaikan pendidikan wanita di tanah air. Ia juga menjadi simbol emansipasi wanita Minang yang egaliter dan setara.

Syarifah Nawawi meninggal di Jakarta pada 17 April 1988 dalam usia 91 tahun.***

Halaman:

Tags

Terkini