kontekstory

Jejak Kerusuhan Politik di Indonesia dari Anarkisme Reformasi 1998 Hingga Demo Algoritma 2025

Jumat, 5 September 2025 | 09:00 WIB
Sejarah panjang aksi massa, anarko, dan krisis kepercayaan. (sumber X @KontraS)

KONTEKS.CO.ID - Indonesia punya sejarah panjang soal kerusuhan politik. Setiap kali rakyat merasa dipinggirkan atau diabaikan oleh kekuasaan, jalanan jadi arena ekspresi kemarahan.

Dari aksi reformasi 1998 yang menjatuhkan Soeharto hingga gelombang protes 2025 yang mengguncang wacana pembubaran DPR, ada benang merah yang sulit diabaikan: krisis kepercayaan publik terhadap institusi negara.

Bila 1998 dipicu oleh krisis moneter Asia dan otoritarianisme Orde Baru, maka peristiwa 2025 yang menelan korban jiwa 10 orang lahir dari akumulasi kemarahan terhadap gaya hidup mewah wakil rakyat dengan tunjangan selangit, sementara kebijakan pajak semakin menghimpit rakyat.

Baca Juga: Cerita Tentang Laswi, dari Mangga Tuti Amir Hingga Duo Maung Bikang yang Doyan Penggal Kepala Musuh

Pada 2025, terjadilah tragedi Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas akibat tertindas kendaraan taktis Brimob.

Buku Asvi Warman Adam "Menguak Misteri Sejarah" (2004) mencatat, setiap ledakan sosial di Indonesia bukan hanya sekadar amarah sesaat.

Di dalamnya ada akar yang lebih dalam, yaitu ketimpangan, kesenjangan representasi, serta kegagalan negara mendengarkan suara rakyat.

Baca Juga: Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka

1998: Kerusuhan Reformasi dan Lengsernya Soeharto

Melansir dari berbagai sumber, kerusuhan Mei 1998 menjadi tonggak sejarah.

Rupiah anjlok dari Rp2.500 menjadi Rp16.000 per dolar AS, inflasi menembus 77 persen, dan harga kebutuhan pokok melambung. Mahasiswa turun ke jalan, menuntut reformasi total.

Meledaklah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. Empat mahasiswa tewas ditembak aparat dan menjadi pemicu amarah publik.

Baca Juga: Figha Lesmana Diciduk Polda Metro Diduga Hasut Pelajar: Live TikTok Tembus 10 Juta Views

Kerusuhan meluas, toko-toko dijarah, perempuan diperkosa, dan ribuan orang tewas dalam kekacauan (Human Rights Watch: The Human Rights Crisis in Indonesia, 1999).

Tekanan massa akhirnya membuat Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 setelah 32 tahun berkuasa.

Halaman:

Tags

Terkini