kabar-baik

Sepak Terjang Joe Hin Tjio, Ilmuwan Kelahiran Pekalongan yang Gemparkan Dunia dengan Penemuan Kromosom 23

Rabu, 25 Juni 2025 | 21:54 WIB
Joe Hin Tjio, ilmuwan dunia kelahiran Pekalongan menemukan jumlah sebenarnya dari kromoson manusia hanya 23 pada 1955 di Swedia. (Ist)

KONTEKS.CO.ID - Jangan pernah minder jadi orang Indonesia! Karena banyak orang pintar di dunia ini yang memiliki darah "Nusantara".

Salah satunya adalah Joe Hin Tjio. Dia memiliki jasa besar dalam perkembangan ilmu genetika, sektor sains yang masih diselimuti misteri. 

Keilmuan genetik merupakan menjadi salah satu kunci mengidentifikasi kemunculan penyakit baru, suatu penelitian superrumit.

Baca Juga: Ditjen Gakkum Baru Siap Basmi Tambang Ilegal: Saya Tahu Lubang Tikusnya

Cah Pekalongan yang Berjasa Bagi Dunia

Joe Hin Tjio lahir di Pekalongan pada tanggal 2 November 1919. Ia menemukan jumlah sebenarnya dari kromoson manusia "hanya" sebanyak 23 pada tahun 1955 di Swedia. 

Padahal saat itu Tjio hanya seorang ilmuwan tamu. Hasil penemuannya langsung menggemparkan dunia sains, karena pada saat itu para ilmuwan dunia sangat percaya bahwa kromosom manusia jumlahnya 24. 

Sedangkan Joe Hin Tjio dan Albert Levan dari Spanyol menyebutkan sebanyak 23.

Profil Singkat Joe Hin Tjio

Berdasarkan ensiklopedia Britannica, Beliau lahir dari keluarga China dan menempuh pendidikan di sekolah Belanda. Lalu sempat menekuni fotografi mengikuti jejak bapaknya yang merupakan fotografer profesional. 

Baca Juga: Angkatan Laut AS dan Indonesia Gelar Latihan CARAT 2025 di Surabaya

Tapi Tjio banting setir memutuskan kembali sekolah di bidang pertanian. Ia kuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor dengan tujuan berusaha mengembangkan tanaman hibrida yang tahan serangan beragam penyakit.

Nah di bangku kuliah ia menemui pondasi ilmu genetika. Sempat disel selama tiga tahun saat masa penjajan Jepang, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke Belanda. 

Di Belanda, Tjio kembali menekuni studi cytogenetik tanaman dan serangga sampai akhirnya menjadi pakar pada bidang tersebut. 

Baca Juga: Dari Sekretaris Kabinet ke Gubernur Jakarta, Inilah Perjalanan Tak Terduga Pramono Anung

Melihat bakatnya, Pemerintah Spanyol mengundang Tjio untuk melakukan program peningkatan mutu tanaman. Di sana, Tjio menghabiskan waktunya selama 11 tahun.

Di sela-sela liburan, Cah Pekalongan ini nyambi melakukan riset di Institute of Genetics di Lund Swedia. Saat itu dia tertarik meneliti jaringan sel mamalia. 

Di sinilah penemuan tentang jumlah kromosom yang menghebohkan dunia itu Tjio lakukan.

Dapat Penghargaan dari Presiden John F Kennedy

Tahun 1955, ia menemukan teknik baru guna memisahkan kromosom dari inti atau nukleus sel. Inilah yang membuatnya digelari sebagai Bapak Ilmu Cytogenetik Modern. Yakni, ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktifitas kromosom dan mekanisme hereditas -sebuah cabang utama ilmu genetika yang rumit.

Baca Juga: Cium Ada Cuan, Danantara Suntik Dana Rp26 Triliun untuk Hidupkan Ribuan Tambak di Pantura

Penelitian lainnya yang diakui dunia sains lahir di tahun 1959. Tjio menemukan orang-orang yang terkena Down Syndrome ternyata memiliki tambahan kromosom dalam sel-selnya. 

Di sisa 37 tahun terakhir berkarier, ia bekerja di NIH (National Institute of Health) Washington. Di sana ia mengkompilasi koleksi foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitiannya yang menakjubkan. 

Ya, akhirnya bakat fotografinya yang selama ini terpendam tersalurkan di NIH.

Baca Juga: Prabowo Percaya NSWAC di Bali Bisa Tarik Pasien Luar Negeri dan Rebut Devisa

Pencapaian Tjio pun mendapat anugerah Outstanding Achievement Award dari Presiden John F Kennedy pada tahun 1962. 

Joe Hin Tjio berpulang di usianya yang ke-82, tepatnya pada 27 November 2001 di Gaithersburg, Maryland, Amerika Serikat. 

Kisah keberhasilan seorang Tjio bisa menginspirasi generasi muda Indonesia, bahwa dalam kondisi apa pun seseorang bisa pintar dan sukses. Asalkan ada kemauan dan bekerja keras untuk mewujudkannya. ***

Tags

Terkini