KONTEKS.CO.ID - Meningkatnya aksi protes di Indonesia dan gejolak kepemimpinan terbaru di Thailand, mendorong naiknya risiko politik di dua pasar saham negara berkembang terbesar di Asia Tenggara.
Indeks acuan saham Indonesia turun 1,5 persen pada Jumat lalu, menjadi penurunan terbesar di dunia di antara indeks nasional yang dipantau Bloomberg.
Pasar saham Thailand juga merosot 1,1 persen pada hari yang sama, menempatkannya sebagai salah satu penurun paling menonjol.
Baca Juga: Hendri Satrio Desak Sahroni, Eko Patrio, Nafa Urbach, dan Uya Kuya Mundur Demi Redam Gejolak
Presiden Prabowo Subianto membatalkan rencana kunjungan ke China setelah kerusuhan mematikan akibat kenaikan biaya hidup dan ketidaksetaraan.
Para demonstran dilaporkan menargetkan rumah Menteri Keuangan Indonesia serta sejumlah anggota parlemen.
Di Thailand, para politisi berebut untuk memimpin pemerintahan berikutnya setelah Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra dipecat Mahkamah Konstitusi.
Baca Juga: Kemendagri Terus Pantau Gejolak Politik di Pati, Bupati Sudewo Ditegur
Tekanan ini muncul tepat ketika valuasi yang lebih rendah dan potensi pemangkasan suku bunga membuka peluang bagi sebagian dana global untuk melakukan rotasi ke Asia Tenggara.
“Risiko politik di Indonesia akan meningkat, begitu juga premi risiko ekuitasnya,” kata John Foo, pendiri Valverde Investment Partners Pte. di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg.
“Kami underweight di Indonesia karena valuasinya tidak mencerminkan persoalan mendasar dalam ekonomi.”
Baca Juga: Prabowo: Aksi Demonstrasi Sudah Mengarah ke Makar dan Terorisme
Pasar saham Indonesia menarik dana asing bersih sebesar USD676 juta Agustus, menurut data yang dihimpun Bloomberg.
Sebaliknya, investor asing menarik dana sebesar 670 juta dolar AS dari Thailand.