KONTEKS.CO.ID - Kekhawatiran atas meningkatnya biaya hidup mendorong masyarakat Indonesia mengubah cara mereka berbelanja.
Hal ini terungkap dalam paparan Partner Boston Consulting Group, Ferry Malvina, yang mempresentasikan hasil ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2025 di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.
Studi ACSS yang dilakukan pada Mei–Juni 2025 terhadap 1.000 responden berusia 18–65 tahun menunjukkan konsumen Indonesia semakin berhati-hati dalam mengatur pengeluaran.
Menurut Ferry, meski total belanja tidak turun, masyarakat kini lebih selektif dan cenderung menekan pembelian tertentu.
Sebanyak 46 persen responden memilih menunda pengeluaran besar, sementara 44 persen mengurangi pengeluaran non-esensial dan 42 persen aktif mencari diskon ketika membeli produk.
Perubahan pola konsumsi ini sejalan dengan melemahnya sentimen optimisme masyarakat.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Ancam Bubarkan Bea Cukai dan Rumahkan 16 Ribu Pegawai, Ini Reaksi Dirjennya
Head of Cards and Payment UOB Indonesia, Herman Soesatyo, menyebut indeks sentimen konsumen ASEAN UOB untuk Indonesia turun dari 58 menjadi 55.
Ia menjelaskan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dan tekanan biaya hidup menjadi penyebab utama penurunan tersebut.
Herman menambahkan pola belanja masyarakat dalam satu tahun terakhir menunjukkan pergeseran signifikan.
Sebanyak 49 persen responden lebih sering membeli barang saat diskon, 43 persen memilih produk multifungsi untuk memaksimalkan nilai, dan 38 persen cenderung membeli produk lokal.
Selain itu 34 persen konsumen mengaku membeli barang dengan kualitas baik walau tanpa merek besar, dan 33 persen memperpanjang waktu pertimbangan sebelum memutuskan pembelian.
Artikel Terkait
Info dan Syarat Beasiswa Penuh plus Biaya Hidup dari ESOP untuk Kuliah S2 ETH Zurich Swiss Tahun Ajaran 2024
Heboh Warganet Ungkap Biaya Hidup di IKN Lebih Mahal dari Jakarta, Kos Rp1 Juta Terbuat dari Kayu yang Bolong-bolong
Konsumen Merasa Tertipu, DPR Desak Investigasi Klaim Mata Air Aqua Seusai Temuan Sumur Bor 100 Meter
Gara-Gara BBM Langka, Konsumen Shell Terpaksa Pindah ke Pertamina dan Layangkan Gugatan