KONTEKS.CO.ID - Meroketnya harga saham milik sejumlah konglomerat di Bursa Efek Indonesia belakangan ini bukanlah tanpa alasan strategis.
Ambisi untuk masuk ke dalam indeks global bergengsi seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) juga bukan sekadar untuk mengejar gengsi.
Ada dua tujuan finansial utama yang mendorong hal ini, yaitu meraup dana segar dalam jumlah besar bagi perusahaan dan membuka exit strategy yang menguntungkan bagi pemiliknya.
Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, menguraikan bahwa pemahaman atas dua motif ini menjadi krusial bagi investor untuk menavigasi pasar saat ini.
Baca Juga: Ramai di Medsos, Lender Keluhkan Gagal Bayar Miliaran Rupiah di Fintech P2P Dana Syariah Indonesia
Menurut Rudiyanto, keuntungan terbesar bagi perusahaan tidak datang dari kenaikan valuasi di pasar sekunder semata.
Secara akuntansi, lonjakan harga saham pasca-IPO tidak secara langsung menambah kas perusahaan.
Keuntungan baru benar-benar terealisasi ketika perusahaan memanfaatkan momentum harga saham yang tinggi untuk melakukan aksi korporasi, seperti penerbitan saham baru (rights issue) atau private placement.
Ia mencontohkan kasus PANI yang berencana menerbitkan saham baru di harga Rp13.800 per lembar, sebuah valuasi yang sangat premium jika dibandingkan dengan nilai bukunya yang hanya sekitar Rp1.200.
"Ibaratnya modal kamu 1.200 nih. Kamu bisa jual tambahan saham ke market dengan harga 13.800," jelasnya pada siniar yang tayang di kanal Youtube Leon Hartono, 16 Oktober 2025.
Dengan mengeksekusi aksi korporasi pada harga yang tinggi, perusahaan dapat menghimpun dana segar dalam jumlah fantastis dengan tingkat dilusi kepemilikan yang lebih minimal.
Rudiyanto menyebut strategi cerdas ini ibarat meluncurkan "IPO round two", sebuah kesempatan kedua bagi perusahaan untuk mendapatkan pendanaan jumbo yang dapat mengakselerasi rencana ekspansi secara signifikan.
Selain untuk mendanai operasional perusahaan, masuknya sebuah saham ke dalam indeks MSCI juga menjadi momentum emas bagi pemilik untuk memonetisasi kepemilikan sahamnya secara elegan dan terukur.
Artikel Terkait
Tiga Sinyal Kuat Kebangkitan Bakrie Group di Pasar Saham: Dari Hapus Rugi Hingga Diprediksi Masuk MSCI
Bank of America hingga Citadel Borong Saham Pertahanan dan Energi Nuklir, Timothy Ronald: Tanda Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Perusahaan Milik Tjokro Group Umumkan Rencana Akuisisi 45,45 Persen Saham GPSO
Kuasai Proyek Listrik Rp10 Triliun, Saham CUAN Milik Konglomerat Prajogo Pangestu Jadi Rebutan Asing
Tak Selalu Untung, Hengky Adinata Bilang Bandar Saham Sering Jual Rugi Gara-gara Satu Kesalahan Fatal Ini