Katode adalah kutub positif sel primer atau baterai penyimpan (basah) yang mengalirkan arus.
Baca Juga: Snapdragon 8 Elite Gen 5 Terpantau Uji Diri di Geekbench, Skornya Pukul Mundur Apple A19 Pro
“Proyek di Indonesia ini penting karena mendiversifikasi portofolio bisnis grup melampaui manufaktur baterai sekunder dengan masuk ke industri smelter,” ujar CEO EcoPro, Song Ho-jun, dalam sebuah pengarahan daring untuk jajaran eksekutif dan karyawan.
Sementara, perusahaan juga tengah menyiapkan investasi tahap kedua melalui proyek International Green Industrial Park di Sambalagi, Sulawesi, yang akan dimulai akhir tahun ini.
Bekerja sama dengan PT Vale Indonesia (BUMN), EcoPro berencana membangun smelter nikel tambahan, dilanjutkan dengan pabrik prekursor, katoda, hingga sel baterai dalam satu kompleks produksi terintegrasi.
Baca Juga: KPK Minta Pemerintah Tegas Buat Aturan Haramkan Rangkap Jabatan Komisaris BUMN
Dengan mengamankan bahan baku nikel lokal dan memperlancar logistik, EcoPro menargetkan pemangkasan biaya produksi katode NCM berkadar nikel tinggi sebesar 20–30 persen.
Hal ini akan memperkuat daya saing harga di pasar menengah ke bawah.
“Masuknya EcoPro ke bisnis smelter, bersamaan dengan material katode, akan memberikan struktur pendapatan yang lebih stabil,” ujar seorang pejabat EcoPro.***
Artikel Terkait
Kementerian ESDM Ungkap 14 Proyek Smelter Indonesia Bernilai Rp142,77 Triliun, Setengahnya Masih Mangkrak
Harita Nikel Operasikan 12 Smelter RKEF, Produksi Feronikel Tembus 185 Ribu Ton per Tahun
Pengusaha Nikel Terjepit Beban Regulasi, 28 Smelter Berhenti Beroperasi
Pemerintah Juga Sita Tambang di Bombana Sultra, Harga Nikel Dunia Naik
PT GAG Mulai Lagi Menambang Nikel di Raja Ampat, Menteri LH: Bisa Dimitigasi dengan Baik