KONTEKS.CO.ID - Industri peleburan tembaga global tengah menghadapi kekurangan konsentrat yang serius.
Hal itu mendorong biaya pengolahan dan pemurnian bahan baku jatuh hingga ke level negatif.
Situasi ini diperburuk dengan terhentinya operasi tambang Grasberg di Papua Tengah, Indonesia, milik Freeport McMoRan.
Baca Juga: Mayat Pria dengan Luka Tembak di Kepala Gegerkan Warga Jambi
Perusahaan asal AS itu masih menghentikan sementara seluruh kegiatan di Grasberg.
Itu karena mereka fokus melakukan penyelamatan tujuh pekerja yang terjebak di bawah tanah, setelah insiden aliran lumpur pada Senin lalu.
Freeport menegaskan prioritas utama saat ini adalah evakuasi pekerja secara aman sebelum operasi bisa dilanjutkan.
Baca Juga: Sibuk Safari ke Timur Tengah, Prabowo Tetap Pantau Kinerja Menterinya
Gangguan di Grasberg, tambang tembaga terbesar kedua di dunia, berpotensi memperparah ketatnya pasokan global.
Sejak Maret, Freeport sebenarnya kembali diizinkan mengekspor konsentrat dari Indonesia melalui sistem kuota.
Momen itu setelah sempat terkena larangan ekspor untuk mendorong hilirisasi.
Baca Juga: Banjir Komentar Negatif, Netizen Minta Zita Anjani Mundur Biar Fokus Jadi Anak Gym
Perusahaan berupaya memanfaatkan hingga 90 persen kuotanya, sebelum masa berlaku berakhir bulan ini, setelah ekspor sebelumnya terganggu cuaca.
Smelter baru Freeport di Indonesia juga belum sepenuhnya pulih setelah kebakaran tahun lalu, sehingga pasokan konsentrat makin terbatas.
Artikel Terkait
Freeport Hentikan Operasi Tambang Grasberg Usai Insiden Bawah Tanah
Saham Freeport Dinilai Bullish, Analis Morgan Stanley Tetap Pasang Target Buy
Tertahan di Kedalaman Tambang, Freeport Terus Fokus Selamatkan 7 Pekerja yang Terjebak
Freeport Kerahkan Segala Upaya Selamatkan 7 Pekerja yang Terjebak Lumpur di Tambang Grasberg
Ini Nama 7 Pekerja yang Terjebak dalam Tambang Grasberg Freeport, Ada Dua WNA