Misi diplomatik ke Washington D.C. bertujuan mempercepat negosiasi tarif serta mencegah dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
“Pertemuan ini menjadi langkah penting dalam upaya memperkuat kerja sama perdagangan antara Indonesia dan AS,” kata Airlangga dalam keterangan resmi pada Kamis, 10 Juli 2025.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa ruang lingkup perundingan tak hanya terbatas pada isu tarif, tetapi juga meluas ke hambatan non-tarif, ekonomi digital, keamanan ekonomi, serta kerja sama investasi dan komersial.
AS, menurut Airlangga, juga menunjukkan minat besar untuk menjalin kemitraan strategis di sektor mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan kobalt, komoditas yang menjadi kekuatan utama Indonesia dalam rantai pasok global.
Baca Juga: SIJORI Jadi Gerbang Regional AI Asia Tenggara, Indonesia Ambil Peran Strategis
“AS menunjukkan ketertarikan yang kuat untuk memperkuat kemitraan di bidang mineral kritis. Indonesia memiliki cadangan besar nikel, tembaga, dan kobalt, dan kita perlu mengoptimalkan potensi kerja sama pengolahan mineral kritis tersebut,” katanya.
Penundaan kebijakan tarif ini dinilai sebagai momentum penting untuk memperhalus kesepakatan dagang yang lebih adil dan saling menguntungkan, terutama di tengah meningkatnya dinamika geopolitik global dan kebutuhan proteksi ekonomi domestik masing-masing negara.***
Artikel Terkait
Terkait Stabilitas Keuangan, OJK Lihat dan Tunggu Efek Kebijakan Tarif Baru AS
Tarif Trump 32 Persen Jadi Peringatan bagi Indonesia untuk Meningkatkan Kemandirian
Garda Indonesia: Kenaikan Tarif Ojol Belum Mendesak, Turunkan Segera Potongan Aplikasi
Bikin Trump Kesal Soal Tarif Impornya Diremehkan, Ini 11 Negara Negara Anggota Tetap BRICS
Isi Surat Trump ke Prabowo soal Tarif Pajak Impor 32 Persen Per 1 Agustus 2025: Solusi, Pindahkan Fasilitas Produksi ke AS