KONTEKS.CO.ID - Menjelang pertengahan tahun 2025, pemerintah telah menggenjot penarikan utang baru hingga menyentuh angka fantastis Rp349,3 triliun.
Jumlah ini melesat lebih dari dua kali lipat dibanding capaian pada Mei tahun sebelumnya.
Kenaikan ini mencerminkan langkah agresif pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kas negara, sekaligus menunjukkan bagaimana strategi pembiayaan APBN 2025 dijalankan secara aktif dan penuh perhitungan.
Baca Juga: Cek Spek Samsung Smart Monitor M7 hingga M9 Berbasis AI Plus Detail Harga dan Jadwal Pre Order
Lonjakan Utang: Strategi atau Kebutuhan Mendesak?
Pada periode Januari hingga Mei 2025, realisasi penarikan utang baru mengalami peningkatan signifikan sebesar 164,2 persen dibanding tahun lalu yang hanya menyentuh angka Rp132,2 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa tekanan pembiayaan belanja negara memang tinggi, namun tetap ditangani dengan pendekatan yang terstruktur.
Secara keseluruhan, realisasi pembiayaan anggaran dari utang hingga 31 Mei 2025 telah mencapai Rp349,3 triliun atau sekitar 45 persen dari target APBN yang ditetapkan sebesar Rp775,9 triliun.
Baca Juga: Total Tiga Warga Australia Ditangkap Terkait Penembakan Maut di Bali, Motif Masih Didalami
Ini berarti, hampir setengah kebutuhan pembiayaan melalui utang telah dicapai hanya dalam lima bulan pertama.
Pembiayaan Non-Utang: Angka Negatif Tapi Penuh Arti
Menariknya, data juga mencatat bahwa pembiayaan non-utang berada di angka minus Rp24,5 triliun.
Meski terlihat negatif, hal ini justru menunjukkan bahwa pemerintah sedang menempatkan dana pada investasi tertentu yang bersifat jangka panjang.
Baca Juga: Cara Daftar Program Magang METI 2025 di Jepang, Bisa Online atau Offline, Dapat Uang Saku Harian Loh
Dari total target pembiayaan non-utang sebesar minus Rp159,7 triliun, realisasi saat ini sudah mencapai 15,3 persen.
Jika dijumlahkan secara keseluruhan, pembiayaan anggaran negara hingga akhir Mei berada di angka Rp324,8 triliun atau 52,7 persen dari total target APBN 2025 yang sebesar Rp616,2 triliun.
Artikel Terkait
IHSG Menguat di Tengah Tekanan Bursa Asia, Sektor Transportasi dan Logistik Catat Kenaikan Tertinggi
Menkeu Sri Mulyani Ungkap Dampak Konflik Israel-Iran terhadap Ekonomi Indonesia
Wilmar Group Kembalikan Rp11,8 Triliun ke Negara, Siapa Sebenarnya Raksasa Sawit Ini?
BPI Danantara Guyur Rumah Subsidi Modal Rp130 Triliun, Maruarar Gunakan Uangnya untuk Ini
Wilmar Group Respons Penyitaan Uang Rp11,8 Triliun oleh Kejagung, Klaim Soal Izin Ekspor CPO