Sinyal Positif dari Dalam Negeri, Tapi Masih Lemah
Baca Juga: Yusril Ungkap Fakta di Masa Lalu Soal Sengketa Pulau Aceh dan Sumut yang Dirumuskan Sederhana
Dari sisi domestik, ada kabar baik: penjualan eceran Indonesia tumbuh 2,6% secara tahunan pada Mei 2025.
Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat perlahan mulai membaik.
Namun, pertumbuhan ini belum cukup kuat untuk menjadi penahan utama bagi tekanan eksternal yang jauh lebih besar.
Bank Indonesia tentu harus sigap.
Menjaga rupiah bukan cuma soal intervensi pasar, tapi juga strategi makroekonomi jangka panjang.
Apalagi saat ketidakpastian global bisa bergeser begitu cepat dari satu wilayah konflik ke wilayah lainnya.
Rupiah Masih Akan Bergerak Liar?
Dengan situasi yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, mata uang rupiah diperkirakan masih akan bergerak fluktuatif.
Baca Juga: Seskab Teddy: Presiden Prabowo ke Rusia Penuhi Undangan Langsung Vladimir Putin
Level Rp 16.300 hingga Rp 16.350 bisa menjadi batas atas dan bawah yang sulit ditembus tanpa dukungan sentimen positif yang signifikan.
Investor kini memantau banyak faktor sekaligus—dari pernyataan bank sentral AS, harga komoditas, hingga dinamika politik global.
Sayangnya, Indonesia tidak bisa mengontrol sebagian besar dari faktor-faktor tersebut.***
Artikel Terkait
Was-Was, Angka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampu Kuning, Apindo: Tekstil, Garmen, dan Elektronik
BNI Salurkan Rp4,6 Triliun KUR ke 20 Ribu Lebih UMKM demi Memperkuat Tulang Punggung Ekonomi Nasional
Mercedes-Benz Buka Pabrik Baru Truk dan Bus di Cikarang
Fenomena Ajakan Gagal Bayar alias Galbay Pindar Pinjol Massal di Media Sosial Bikin Pening AFPI
Inilah Sosok Calon Pengganti Alexander Ramlie yang Siap Pimpin Amman Mineral ke Depan