KONTEKS CO.ID - Senin pagi bukan waktu yang ramah bagi rupiah.
Nilai tukar mata uang kita dibuka dalam tekanan, berkisar antara Rp 16.300 hingga Rp 16.350 per dolar AS.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa rupiah mudah tergelincir saat angin global mulai berembus kencang.
Baca Juga: Rapat Sengketa 4 Pulau, Kemendagri Belum Libatkan Gubernur Aceh dan Sumut
Dalam waktu singkat, pasar finansial kembali diguncang isu geopolitik dan ketegangan internasional.
Pekan sebelumnya, rupiah telah ditutup melemah dengan penurunan lebih dari 60 poin.
Seolah belum cukup, dolar AS justru menunjukkan penguatan, meskipun dalam skala tipis.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Baca Juga: Pakar Keamanan Israel Sebut Potensi Kota di Israel Hancur Total Diserang Iran
Ketegangan Timur Tengah Jadi Biang Kerok
Ketidakpastian global kembali mencuat setelah serangan Israel terhadap Iran.
Situasi ini menyulut kekhawatiran investor dan mendorong mereka untuk menghindari aset-aset berisiko.
Akibatnya, mata uang dari negara berkembang seperti Indonesia menjadi korban pelarian modal.
Baca Juga: Prabowo Diundang Presiden Rusia Vladimir Putin, Kewibawaan dan Kepercayaan Dunia
Fenomena seperti ini dikenal dengan istilah “risk-off”, ketika pasar memilih mundur dari investasi yang dianggap tidak aman.
Artikel Terkait
Was-Was, Angka Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampu Kuning, Apindo: Tekstil, Garmen, dan Elektronik
BNI Salurkan Rp4,6 Triliun KUR ke 20 Ribu Lebih UMKM demi Memperkuat Tulang Punggung Ekonomi Nasional
Mercedes-Benz Buka Pabrik Baru Truk dan Bus di Cikarang
Fenomena Ajakan Gagal Bayar alias Galbay Pindar Pinjol Massal di Media Sosial Bikin Pening AFPI
Inilah Sosok Calon Pengganti Alexander Ramlie yang Siap Pimpin Amman Mineral ke Depan