KONTEKS.CO.ID - Nilai tukar Dolar AS ke Rupiah hari ini menunjukkan tren yang belum berpihak pada mata uang Garuda.
Pergerakan kurs yang tercatat di berbagai institusi dan platform menempatkan Rupiah di posisi yang masih tertekan, dengan rentang nilai tukar berada di kisaran Rp 16.225 hingga Rp 16.816 per 1 USD.
Tekanan terhadap Rupiah ini mencerminkan respons pasar terhadap dinamika global yang masih penuh ketidakpastian, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat dan faktor ekonomi domestik Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Ditawari Jadi Tuan Rumah Sudirman Cup 2027 dan Thomas Uber Cup 2028, Mau?
Kurs BI dan Spot Global: Stabil, tapi Tetap Tinggi
Bank Indonesia, melalui kurs tengah JISDOR per 10 Juni 2025, mencatat nilai tukar Rp 16.277 per USD.
Angka ini menjadi acuan utama bagi sektor perbankan dan pelaku usaha dalam menghitung transaksi resmi valuta asing.
Sementara itu, kurs spot—yang menjadi patokan utama dalam pasar internasional—berada di Rp 16.264,88 per USD.
Baca Juga: Notaris Kini Bisa Menjabat hingga Usia 70 Tahun, Pemerintah Tegaskan Pengawasan Ketat
Ini selaras dengan nilai tukar pasar domestik yang dilaporkan media keuangan, yakni sekitar Rp 16.265 per USD.
Secara umum, nilai tukar dari sumber-sumber resmi tersebut menunjukkan bahwa Rupiah masih stabil, meski tertahan di level atas.
Kurs Versi Platform Transfer: Bisa Lebih Mahal
Jika kamu sering bertransaksi lintas negara, mungkin sudah tidak asing dengan platform seperti Wise.
Baca Juga: Petronas Malaysia dan ENI Italia Kerja Sama Hulu Migas di Indonesia, Apa Misinya?
Di sana, kurs pasar tengah (mid-market rate) per hari ini mencapai Rp 16.816 per USD, angka yang lebih tinggi dibanding kurs bank atau kurs spot.
Perlu dicatat, kurs seperti ini bersifat indikatif.
Artikel Terkait
IHSG Ditutup Menguat Tajam 1,65 Persen, ini Pemicunya
Demi Pemulihan Ekonomi Daerah, Pemda Diizinkan Gelar Rapat di Hotel Lagi
Menggiurkan, Investasi Sukuk Ritel SR022 Pakai wondr by BNI Bisa Dapat Cashback Rp15 Juta
Ambisi BTN Targetkan BTN Syariah Jadi yang Terbesar Kedua di Indonesia Seusai Caplok BVIS
BI Ungkap Uang Primer Tumbuh Lebih Tinggi pada Mei, Tanda Likuiditas Ekonomi Membaik