KONTEKS.CO.ID - Sejak awal Mei sampai Juni 2025, puluhan perusahaan besar dunia melakukan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Totalnya hampir 60 ribu orang kehilangan pekerjaan.
Sektor yang terdampak pun beragam, mulai teknologi, otomotif, perbankan, hingga industri fesyen.
Alasannya macam-macam ada yang merugi, ada yang ingin mempercepat efisiensi, atau sekadar mengejar keuntungan yang lebih besar.
Salah satu yang paling banyak menyita perhatian adalah Panasonic.
Perusahaan asal Jepang ini akan memangkas 10.000 karyawannya, setengah di Jepang, setengah di luar negeri.
Mereka bilang ini bagian dari strategi agar bisa tetap untung, karena beberapa unit bisnisnya dianggap tidak berkembang.
Nissan, pabrikan mobil terkenal, bahkan lebih ekstrem.
Mereka akan memecat 20 ribu pekerja dan menutup tujuh pabrik hingga 2027.
Baca Juga: Kabar TikTok Shop PHK Massal Karyawan, Menaker Dua Kali Sebut 'Nanti Kita Kaji'
Kapasitas produksinya akan diturunkan karena permintaan pasar menurun, sementara kerugian yang mereka alami sudah mencapai lebih dari 4 miliar dolar AS.
Microsoft pun tak luput. Perusahaan teknologi ini mem-PHK 6.000 orang secara global, termasuk 2.000 dari kantor pusat di Redmond, AS.
Tak lama kemudian, mereka kembali mengumumkan PHK tambahan terhadap 300 orang.
Alasan mereka untuk menyederhanakan struktur organisasi dan memfokuskan tenaga ke divisi prioritas seperti LinkedIn.
Artikel Terkait
Hotel Bakal PHK Massal, Ini Alasan Pengusaha: Dipicu Kebijakan Efisiensi Anggaran Pemerintah
Ranperda Larangan Merokok Harus Dikaji Ulang, Picu PHK Besar-besaran, Pukul Usaha Hotel, UMKM Hingga Pelaku Seni
Isu Badai PHK dan Pengangguran Mulai Juni 2025, Istana Bilang Begini: Lapangan Kerja Baru Lebih Banyak