KONTEKS.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28.
IHSG melemas saat pembukaan pada sesi perdagangan pertama usai libur Lebaran 2025 hari ini, Selasa, 8 April 2025.
Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,90.
Baca Juga: 2,37 Persen ASN Jakarta Tak Masuk Hari Pertama Kerja Usai Lebaran, Ini Kata Gubernur Pramono Anung
Berkaca dari hal itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus sebelumnya memproyeksikan IHSG berpotensi akan bergerak melemah terdampak sentimen kebijakan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS).
"Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah dengan support dan resistance 6.200 - 6.570," ujar Nico dalam analisisnya kepada wartawan di Jakarta, pada Selasa, 8 April 2025.
Kata Nico, dampak kebijakan tarif impor AS belum akan berakhir.
Baca Juga: Netizen Sebut Didit Hediprasetyo 'Duta Sila 3 Pancasila', Prabowo: Saya Ajari Jangan Cari Musuh
Hal itu terjadi meskipun terdapat lebih dari 50 negara yang mengajukan negosiasi.
Nico menilai, negosiasi masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa melakukan penyesuaian dan kesepakatan.
"Sehingga, rasanya kalau dikatakan bahwa setelah negosiasi pasar akan stabil, mungkin jauh dari kata tenang untuk saat ini," ungkapnya.
Baca Juga: Soal Kebijakan Tarif Impor Donald Trump, Prabowo: Kita akan Cari Jalan Keluar, Cari Pasar Baru
"Setiap kenaikan pasar yang terjadi, mungkin akan menjadi alasan untuk terjadinya penurunan lebih dalam lagi," sambung Nico.
Artikel Terkait
Tarif Impor Trump Membuat Rupiah Lunglai, Senin Pagi Sudah Mendekati Rp17 Ribu
Alarm Bahaya Menyala, Nilai Tukar Rupiah di Luar Negeri Sudah Tembus Rp17.200 per Dolar AS
Cegah Rupiah Terperosok Lebih Dalam, Hari Ini BI Langsung Intervensi Pasar Valas dan Borong SBN
JEGERR, Selasa Pagi Baru Dibuka IHSG Langsung Ambruk 9,19 Persen
Bank Indonesia Mati-Matian Stabilkan Nilai Tukar Rupiah di Tengah Tekanan Global