KONTEKS.CO.ID - Pemimpin Hamas yang hidup dalam pengasingan, Khalil Al-Hayya mengumumkan bahwa perang dua tahun di Gaza secara resmi telah berakhir.
Pengumuman ini disampaikan setelah Hamas menerima jaminan dari Amerika Serikat, mediator Arab, dan Turki atas kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Presiden AS, Donald Trump.
Pernyataan Al-Hayya bertepatan dengan penandatanganan kesepakatan damai antara Israel dan Hamas, yang mencakup penghentian pertempuran dan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.
“Kami bertindak secara bertanggung jawab terkait rencana Trump,” ujar Al-Hayya, melansir laman dari Times of Israel.
Baca Juga: Dukung Gencatan Senjata di Gaza, Amerika Serikat Kerahkan 200 Tentara ke Israel
“Hari ini kami mengumumkan kesepakatan untuk mengakhiri perang, (menyaksikan Israel) menarik diri dari Jalur Gaza dan melakukan pertukaran tahanan," tambahnya.
Jaminan Internasional dan Pembukaan Jalur Gaza
Menurut Al-Hayya, Hamas telah mendapatkan jaminan kuat dari AS, negara-negara Arab, dan Turki bahwa perang di Gaza berakhir secara permanen.
Kesepakatan tersebut juga membuka peluang pembukaan kembali jalur perbatasan strategis antara Mesir dan Gaza, yang telah lama menjadi titik krusial bagi arus barang dan bantuan kemanusiaan.
Selain itu, kesepakatan ini mencakup pembebasan seluruh perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan oleh otoritas Israel, sebagai bagian dari proses rekonsiliasi yang lebih luas.
Pernyataan ini muncul hanya satu bulan setelah Al-Hayya selamat dari upaya pembunuhan yang dilancarkan Israel di Qatar, yang menargetkan sejumlah pemimpin Hamas di pengasingan.
Isi Kesepakatan Damai
Berdasarkan perjanjian tersebut, pasukan Israel akan secara bertahap ditarik dari Jalur Gaza, sementara Hamas diwajibkan melucuti persenjataannya.
Sebagai bagian dari implementasi kesepakatan, akan dibentuk pemerintahan transisi yang dipimpin oleh badan internasional untuk mengelola wilayah Gaza pascaperang.