KONTEKS.CO.ID - Seorang pejabat pertahanan pemerintah Afghanistan pada akhir pekan kemarin menyatakan kesepakatan terkait pangkalan udara Bagram “tidak mungkin” dilakukan.
Itu setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan keinginan pangkalan bekas milik AS itu dikembalikan.
Bagram, pangkalan udara terbesar di Afghanistan yang terletak di utara ibu kota Kabul, merupakan pusat operasi militer AS selama perang 20 tahun melawan Taliban.
Baca Juga: Kasus Ijazah Gibran Sulit Diselamatkan, Indra J Piliang: Saatnya Lempar Handuk!
Trump mengancam akan memberikan hukuman yang tidak dijelaskan secara spesifik kepada Afghanistan.
Itu jika pangkalan tersebut tidak dikembalikan, setelah empat tahun terakhir ditinggalkan pasukan AS.
“Jika Afghanistan tidak mengembalikan Pangkalan Udara Bagram kepada pihak yang membangunnya, yaitu Amerika Serikat, HAL BURUK AKAN TERJADI!!!” tulis pemimpin berusia 79 tahun itu di platform Truth Social miliknya.
Baca Juga: Tewas di Bali, Turis Australia Dipulangkan tanpa Jantung, Ini Pernyataan Keluarga
Pada Minggu, Fasihuddin Fitrat, kepala staf Kementerian Pertahanan Afghanistan, mengatakan “beberapa pihak” ingin mengambil kembali pangkalan itu melalui “kesepakatan politik”.
“Baru-baru ini, ada pihak yang mengatakan mereka telah memasuki negosiasi dengan Afghanistan untuk mengambil kembali pangkalan udara Bagram,” ujarnya dalam pernyataan yang disiarkan media lokal.
“Kesepakatan atas sejengkal pun tanah Afghanistan tidak mungkin. Kami tidak membutuhkannya.”
Baca Juga: Usia Masih di Bawah 24 Tahun, 119 Pasangan Muda di Pandeglang Ajukan Cerai
Kemudian, dalam pernyataan resmi, pemerintah Afghanistan menegaskan “kemerdekaan dan integritas teritorial Afghanistan adalah hal yang paling utama.”
Trump berulang kali mengkritik hilangnya pangkalan tersebut, dengan menyoroti letaknya yang dekat dengan China.