KONTEKS.CO.ID - Elon Musk kini sedang diselidiki otoritas Prancis. Penyelidikan pidana terhadap platform media sosial X milik Elon Musk, menyusul dugaan manipulasi algoritma untuk tujuan intervensi asing.
Melansir dari Techcrunch pada Minggu, 13 Juli 2025, kantor Kejaksaan Paris mengumumkan bahwa Gendarmerie Nasional akan memimpin penyelidikan ini, dengan fokus pada X sebagai entitas hukum serta sejumlah individu yang belum disebutkan namanya.
"Platform X kemungkinan melanggar sistem pemrosesan data otomatis dan ekstraksi data secara curang yang dilakukan oleh kelompok terorganisir untuk tujuan politik," kata Jaksa Paris Laure Beccuau.
Baca Juga: Fenomena Pejabat dan Kepala Daerah Ngonten, KPK: Hati-Hati Kalau Pakai Fasilitas Negara
Menurut Beccuau, langkah ini diambil setelah verifikasi, kontribusi dari peneliti Prancis, serta masukan dari berbagai lembaga publik.
Penyelidikan terhadap Elon Musk dimulai pada Februari 2025, Kejaksaan Paris telah membuka penyelidikan awal terhadap X setelah menerima dua laporan dari bagian kejahatan siber.
Laporan tersebut berasal dari seorang pejabat senior lembaga publik Prancis yang oleh media disebut sebagai manajer keamanan siber dan anggota parlemen Éric Bothorel.
Dalam pernyataannya, Bothorel menyambut baik kelanjutan penyelidikan ini. “Langkah ini diambil saat pembaruan Grok terbaru justru menimbulkan dominasi konten yang dipertanyakan, bahkan menjijikkan,” kata Bothorel.
Baca Juga: Kompolnas Desak Polda Jatim Jelaskan Status Dahlan Iskan: Ada Dua Surat, Nomor Sama Tapi Nama Beda
Bathorel khawatir terhadap bias informasi di X yang diduga mendukung opini politik Elon Musk melalui manipulasi algoritma.
Lalu pada 9 Juli 2025, X menonaktifkan akun otomatis chatbot AI miliknya setelah diketahui menyebarkan narasi antisemit pada hari sebelumnya.
Ini bukan kali pertama insiden serupa terjadi. Komisi Eropa menyatakan sedang berkomunikasi dengan X terkait isu ini, namun Bothorel menilai masalahnya jauh lebih luas.
“Saya yakin bias informasi yang sangat kuat di X melayani kepentingan politik Elon Musk, dan itu hanya mungkin dilakukan lewat manipulasi algoritma,” ujar Bothorel.
Baca Juga: Jangan Biarkan Jantung Anda Berhenti Mendadak! Kenali Prosedur Ablasi Jantung dan Komplikasinya