KONTEKS.CO.ID - Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (CDC) melaporkan lonjakan kasus demam cikungunya, karena ada dua kasus impor baru tercatat pekan lalu.
Total kasus cikungunya di Taiwan tahun ini menjadi 13, angka tertinggi untuk periode yang sama sejak penyakit ini diwajibkan untuk dilaporkan pada Oktober 2007.
Wakil Direktur Pusat Intelijen Epidemiologi CDC, Lee Chia-lin, menyebut dua kasus terakhir melibatkan seorang warga Taiwan dan seorang warga negara asing, yang keduanya tiba dari Indonesia.
Dari 13 kasus yang tercatat tahun ini, 11 di antaranya berasal dari Indonesia.
Baca Juga: Gawat, 1.400 Orang Meninggal di Indonesia Cuma karena Nyamuk
Lee mengatakan secara global, aktivitas cikungunya paling parah terjadi di Amerika Selatan, dengan Brasil mencatat lebih dari 170 ribu kasus tahun ini.
Di Asia, peningkatan kasus juga terlihat di Indonesia, yang telah mengeluarkan peringatan nasional.
Kedua kasus terbaru terdeteksi memiliki demam saat tiba di Taiwan dan diperiksa di pos karantina CDC.
Mereka kemudian dinyatakan positif cikungunya, menurut dokter CDC Lin Yung-ching.
Baca Juga: Mengapa Tidak Semua Nyamuk Aedes Aegypti Membawa Demam Berdarah? Ini Jawabannya!
Dia menjelaskan demam chikungunya, seperti demam berdarah dan Zika, merupakan infeksi virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi.
Gejala umumnya meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Sekitar 70 persen penderita cikungunya bisa mengalami nyeri sendi yang berat dan berkepanjangan.
Baca Juga: 3 Perbedaan Nyamuk Penyebar Malaria dan DBD, Kenali Ciri dan Cara Pencegahannya