KONTEKS.CO.ID – Mata buta pemuda-pemudi Iran jadi stigma korban kebrutalan aparat? Untuk analisisnya bisa disimak dalam artikel berikut ini.
Mata buta pemuda-pemudi Iran jadi stigma kebrutalan aparat keamanan setelah jadi korban dalam aksi demonstrasi di akhir 2022.
Puluhan pemuda-pemudi Iran jadi korban berondongan peluru karet aparat keamanan setelah mereka terlibat dalam gelombang protes besar di negara tersebut sejak September 2022.
Protes yang dipimpin kaum perempuan, diberi label "kerusuhan" oleh pihak berwenang, telah melanda Iran sejak Mahsa Amini, warga Iran berusia 22 tahun asal Kurdi meninggal pada 16 September 2022, tiga hari setelah penangkapannya oleh polisi moralitas di Teheran.
Seperti dilaporkan berbagai media, Amini diduga melanggar aturan ketat Iran yang mengharuskan perempuan untuk menutupi rambut mereka dengan hijab atau jilbab.
Sejak kematian itu, pengunjuk rasa terus melakukan aksi protes dan menentang tindakan balasan mematikan pasukan keamanan – situs web Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA) mengklaim 298 orang telah tewas dan lebih dari 14 ribu ditangkap dalam protes di 129 kota pada 2 November 2022.
Selain menimbulkan korban tewas, para pengunjuk rasa banyak yang jadi korban kebrutalan polisi moralitas yang banyak menggunakan peluru karet untuk melawan para demonstran.
Banyak dari para demonstran tersebut mengalami luka di bagian mata dan akhirnya kehilangan penglihatan sebelah atau buta sebelah.
Seorang wanita muda yang terluka terbaring di ranjang rumah sakit baru-baru ini. Mata kanannya yang baru saja dioperasi masih diperban. Mata kirinya juga tertutup. Suara rintihan keluar dari bibirnya, yang dia kepal kesakitan.
Elahe Tavokolian ditembak oleh pasukan keamanan Iran selama protes di kota timur laut Mashhad pada September 2022.
Elahe, seorang mahasiswa PhD (doktoral/S3), harus rela kehilangan mata kanannya. Butuh tiga bulan sebelum dia merasa cukup berani untuk membagikan tantangan besarnya di akun Instagram-nya.
"Anda membidik mata saya tapi jantung saya masih berdetak," tulisnya di setiap postingan seperti dilaporkan BBC Persia.
“Terima kasih telah membuka mata banyak orang dengan menutup salah satu mata saya. Cahaya di hati saya dan harapan akan hari-hari yang lebih baik akan terus membuat saya tersenyum,” imbuhnya.
“Tapi hati Anda dan komandan Anda semakin gelap setiap harinya. Saya akan segera mendapatkan kaca mata palsu dan Anda akan menerima medali," tukas Elahe.