KONTEKS.CO.ID – Afghanistan menghadapi kelumpuhan total setelah Pemerintah Taliban memberlakukan pemutusan internet secara nasional sejak awal pekan ini.
Kebijakan mendadak ini berdampak pada komunikasi, layanan perbankan, pendidikan daring, hingga transportasi udara.
Di ibu kota Kabul, suasana bandara internasional menjadi sepi tanpa aktivitas penerbangan, demikian seperti dilansir dari BBC.
Baca Juga: Taliban Putus Koneksi Internet di Afghanistan Demi 'Kebijakan Moralitas'
Layanan pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan sejumlah jadwal kedatangan dan keberangkatan dibatalkan atau berstatus “tidak diketahui.”
Seorang penumpang bahkan mengaku diberitahu bahwa tidak akan ada penerbangan hingga Kamis.
Sejumlah warga Kabul menyebut pemutusan internet membuat kehidupan sehari-hari terganggu.
Baca Juga: Eks Kabais Soleman Ponto Bongkar Celah Fatal UU Polri yang Buka Pintu Dana Swasta untuk Polri
Seorang pedagang mengatakan bisnis di pasar berhenti total, karena transaksi dan pengiriman bergantung pada ponsel.
Taliban belum memberikan alasan resmi terkait penghentian internet ini.
Namun beberapa waktu lalu juru bicara gubernur Taliban di Balkh menyebut pemutusan serat optik dilakukan untuk menekan “kejahatan” dan “perilaku tidak bermoral.”
Baca Juga: Oktober 2025 Tanpa Tanggal Merah! Namun Dipenuhi Deretan Hari Besar Nasional dan Internasional
Kebijakan ini semakin memperparah isolasi Afghanistan dari dunia luar.
Warga merasa buta tanpa telepon dan internet, sementara layanan penting seperti bank, pembayaran, hingga komunikasi diplomatik ikut terdampak.***
Artikel Terkait
Sinopsis The Outpost, Pertempuran Berdarah Pasukan Amerika Melawan Taliban di Bioskop TransTV
Taliban Bebaskan Aktivis Sayap Kanan Austria yang Dituduh Jadi Mata-Mata
Taliban Akan Hadir pada Pertemuan yang Dipimpin PBB tentang Afghanistan di Qatar
Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin
Taliban Tolak Usaha AS Ambil Pangkalan Udara Bagram, Lokasinya Strategis Dekat dengan China