Gesekan ini dapat terjadi selama ribuan tahun, tetapi kemudian dapat tiba-tiba terlepas hanya dalam beberapa menit. Ini dikenal sebagai gempa bumi megathrust.
"Ketika kita biasanya berpikir tentang gempa bumi, kita membayangkan episentrum sebagai titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi sebesar itu, patahan akan pecah hingga ratusan kilometer," jelas Dr. Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London, melansir BBC.
"Luasnya pergeseran dan luas patahan inilah yang menghasilkan magnitudo gempa yang begitu tinggi," tambahnya.
Gempa bumi terbesar yang tercatat dalam sejarah, termasuk tiga gempa terkuat di Chili, Alaska, dan Sumatera, semuanya merupakan gempa bumi megathrust.
Kenapa tidak timbulkan dampak tsunami parah?
Pergerakan tiba-tiba ini dapat memindahkan air di atas lempeng, yang kemudian dapat bergerak ke garis pantai sebagai tsunami.
Di laut dalam, tsunami dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari 800 km/jam, hampir sama cepatnya dengan pesawat penumpang.
Di sini, jarak antar gelombang sangat panjang dan gelombangnya tidak terlalu tinggi – jarang lebih dari satu meter.
Namun, ketika tsunami memasuki perairan dangkal di dekat daratan, kecepatannya melambat, seringkali menjadi sekitar 32-48 km/jam.
Jarak antar gelombang memendek, dan gelombang bertambah tinggi, yang secara efektif dapat menciptakan dinding air di dekat pantai.
Namun, tidak ada jaminan bahwa gempa bumi yang sangat kuat akan menyebabkan tsunami yang sangat tinggi hingga mencapai daratan.
Artikel Terkait
Waspada Gempa, Ini Tips dari BMKG agar Tetap Aman
Dwikorita Pastikan Gempa Besar Kamchatka Rusia Tak Berkaitan dengan Lempeng di Indonesia
Ramalan Bencana Baba Vanga Jadi Kenyataan: Gempa Bumi di Rusia dan Tsunami Landa Jepang
Pakar Gempa ITB Sebut Gampa Kamchatka Rusia Mirip Tektonik di Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, dan Halmahera
Tidak Ada Korban Jiwa dalam Gempa Rusia, Kremlin Sebut Berkat Kesiapsiagaan yang Paten